Lihat ke Halaman Asli

Bravo Greenpeace

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh drh Chaidir
KAPAL Greenpeace “Rainbow Warriors” diserang oleh aparat keamanan Prancis, kapal tersebut tenggelam dan satu orang aktivis Greenpeace tewas. Peristiwa itu terjadi pada 1985 di Oceania, ketika Greenpeace memprotes uji coba nuklir Prancis. (The Webster’s International Encyclopedia, Triden Press International, Florida, 1996:456).
Insiden itu bukan malah menciutkan nyali aktivis Greenpeace, peristiwa demi peristiwa dramatis kemudian terjadi seakan tak habis-habisnya mengiringi aksi-aksi protes para pencinta lingkungan hidup ini. Tak peduli di belahan bumi manapun, bila terjadi perusakan alam serius dan sistemik, mereka akan datang unjuk kepedulian melalui aksi-aksi yang seringkali membahayakan diri sang aktivis. Untuk penyelamatan lingkungan hidup mereka seakan punya nyawa berlebih. Tahun lalu, aktivis Greenpeace ini mengunci dirinya pada tali jangkar kapal pengangkut CPO (crude palm oil – minyak sawit mentah), yang diduga hasil perkebunan yang berasal dari penebangan hutan alam dan pembukaan lahan secara illegal.
Beberapa hari lalu, tiba-tiba aktivis lingkungan hidup internasional Greenpeace ini sudah berada di tengah hutan rawa gambut, Semenanjung Kampar, Kab Pelalawan. Tak tanggung-tanggung, artis Hollywood, Melanie Laurent, adalah salah seorang dari aktivis tersebut. Seperti lazimnya, mereka melakukan protes atas penebangan hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar itu melalui aksi heroik dengan menguncikan dirinya pada alat-alat berat yang dipergunakan oleh pihak perusahaan yang melakukan penebangan hutan di lahan gambut tersebut.
Dari lahan rawa gambut yang penuh nyamuk, lintah dan ular tersebut mereka membuka mata dunia. Semenanjung ini sedang merana, terancam gundul dibabat oleh manusia yang lebih mementingkan fulus, fulus dan fulus ketimbang masa depan planet ini. Aktivis Greenpeace menghamparkan sebuah baliho raksasa. Para maniak baliho di daerah ini, seumur-umur, belum pernah membuat baliho ukuran 20x30 meter seperti yang dibuat Greenpeace. “OBAMA, YOU CAN STOP THIS”, begitu tertulis. Singkat dan jelas pesannya: Obama, Anda dapat menghentikan ini. Begitu mencoloknya baliho tersebut di tengah hutan gambut yang sedang porak-poranda itu – andai Presiden Obama terbang melintasi Semenanjung Kampar dengan jet US Air Force One – dari ruang angkasa Presiden Obama akan bisa membacanya. Tetapi itu tentu tidak perlu. Tidak pun Air Force One mengangkasa, pesan tersebut sudah pasti sampai ke Presiden Obama. Dan Presiden Obama pasti mengucapkan: “Siminenjang Kaemper”.
Terlepas dari pro-kontra keberadaan aktivis Greenpeace di Semenanjung Kampar, mereka telah berhasil “membangunkan” kita, bahwa masalah perusakan lingkungan hidup, tidak main-main. Dalam era globalisasi sekarang, kita tak lagi bisa berteriak, “right or wrong is my country” (betul atau salah adalah negeriku). Lahan gambut itu menjadi asset dunia. Apatah lagi lahan gambut di Semenanjung Kampar dengan luas 700 ribu hektare itu adalah dataran rendah terluas di Sumatera dan merupakan bagian penting dari rawa gambut Indonesia yang menempati urutan ke empat terbesar di dunia setelah Canada, Rusia dan AS.
Sayang, masalah Semenanjung Kampar mencuat bersamaan perseteruan CICAK-Buaya dan kasus Bank Century, jadi kalah heboh.
Pekanbaru 23 November 2009




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline