Lihat ke Halaman Asli

Selamat Jalan Istriku

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kaki dan tanganku bergetar, tubuhku seperti menggigil, dan aku berkeringat. Aku duduk diruang berAC  dan didepanku adalah dokter yang merawat istriku.Kanker istriku sudah menjalar ke otak dan aku diminta untuk tabah.

Aku berjalan lunglai ke kamar istriku yang sedang dirawat, pandanganku kabur, Apa salahku padaMU ? , selalu itu yang kutanyakan setiap kali berdoa, Kau beri aku cobaan seberat ini. Kulihat Alfin, anak sulungku yang saat ini duduk di kelas 6 SD sedang memegang tangan ibunya sambil membolak-balik kertas soal ditangan yang satunya lagi. Dan Cindy, anak keduaku yang baru 5 tahun, sedang asyik bermain dengan boneka barbienya di sofa. Disudut ruangan kulihat ibu mertuaku sedang berzikir.

Kupandangi wajah cantik istriku yang mulai layu karena penyakit yang mengerogotinya. Masih banyak hal yang ingin kulakukan bersamanya, masih banyak sekali rencana yang belum kami wujudkan. Kukecup kening istriku perlahan dan aku tak menyadarinya, karna ini adalah kecupan terakhirku. Istriku tertidur dan tidak bangun lagi.

***

Aku mengenal Aisha sejak kami masih kecil, Hanafi kakak Aisha adalah sahabatku sewaktu kami SMP juga saat kami bersekolah yang sama di SMU. Hanafi kuliah dipelayaran dan bekerja dikapal pesiar sedang aku, masuk di Tehnik Sipil dan ikut bekerja di proyek-proyek besar keliling Nusantara. Kamipun terpisah. Saat reuni SMU, kami bertemu dan akupun mampir kerumah Hanafi.

Aku jatuh cinta pada Aisha dan aku langsung saja melamarnya, kami tidak pacaran dan aku sangat bahagia karna tidak bertepuk sebelah tangan.

Aisha, sangat cantik dan sangat pendiam. Kami menikah dan punya 2 orang buah hati yang sangat tampan dan cantik, Cindy sangat mirip ibundanya. Aku selalu sibuk bekerja dan aku mempercayakan anak-anak padanya. Anakku sehat dan sangat pintar. Aku sangat bahagia.

Aku tidak pernah berfikir akan ditinggal sendiri secepat ini, usianya baru 35 tahun dan kami masih ingin menambah 1 orang momongan lagi. Aku belum membahagiakan dia dan aku masih sangat banyak berhutang padanya,berhutang janji yang belum  kutepati.

***

Sejak istriku meninggal, Bapak dan Ibu mertuaku tinggal bersama kami. Cindy tidur ditemani neneknya dan Alfin ditemani kakeknya. Aku , entah apa jadinya hidupku tanpa Aisha. Airmatakupun belum juga kering, apalagi saat melihat kedua buah hatiku.

Suatu malam, saat aku sedang lembur mengerjakan proyekku dirumah, aku terkejut mendengar Alfin terbangun dan menangis ditenggah malam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline