Lihat ke Halaman Asli

Ketika "Lokalisasi" Ditutup

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pak Lurah Jatisari membolak balik buku laporan didepannya, sesekali dia menghela nafas. Buku itu sangat tebal berisi laporan selama hampir satu tahun ini, ada beberapa catatan yang membuatnya sangat prihatin. " Ada masalah apa to Pak, sepertinya ada yang kurang beres ," tanya Istri Pak Lurah. BuLurah benar-benar penasaran, setelah meletakkan secangkir kopi manis, beliau duduk disebelah suaminya. " Ini lho Bu, Pak Kolis kemarin ke Kalurahan, anaknya Zeela jadi korban pelecehan seksual ". " Oalaaa Zee bocah kelas satu SD itu ? siapa pelakunya Pak ? " " Herry, pemuda  pengangguran sebelah rumahnya ". Pak Lurah kembali mengamati buku laporan didepannya, tahun ini terjadi 2 kali perkosaan, 12 kali pelecehan seksual anak dibawah umur dan 8 kali pengrebekan rumah gara-gara masukin laki-laki. " Desa ini semakin lama semakin ruwet Bune , sejak "lokalisasi" seberang sungai ditutup setahun lalu banyak kejahatan seksual " "  Bukannya tambah bersih Desa kita karena "lokalisasi" itu ditutup to Pak , kan tidak ada tempat maksiat lagi ? '" " Lha harusnya begitu, tapi kenyataannya kok malah terbalik, sejak "lokalisasi" ditutup , 2 kali perkosaan, ibu-ibu pada resah sekarang ". Ganti sekarang Bu Lurah yang menghela napas panjang, dulu laki-laki yang punya napsu bejat pada lari ke lokalisasi kalau napsunya memuncak, nah sekarang ...karena lokalisasi ditutup mereka liar mengumbar napsunya ke sembarang orang, bahkan bocah-bocah perempuan tidak bersalah jadi korban. " Pak, menurutku lokalisasi itu perlu lho, biar orang yang bejat punya tempat mengumbar napsu, kan dosanya sudah ditanggung sendiri-sendiri ". " Iyo yo Bune, wah serba salah aku " guman Pak Lurah sambil menghabiskan kopinya. Setahun lalu  beberapa Ulama meminta lokalisasi itu ditutup karena merusak moral Agama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline