Sejak menjadi politisi dalam kancah politik di daerah, Ir. Namto Hui Roba, SH telah berhasil menempatkan posisinya. Sehingga ia diperhitungkan kawan dan rival politik. Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) asal Dapil Maluku Utara ini punya rekam jejak bekerja memberikan kontribusi untuk pembangunan. Terukur.
Ketika ditilik, melalui histori sebagai politisi, Namto pernah dipilih rakyat dan menjadi Bupati di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Wilayah Bagian Timur Indonesia tersebut maju menerobos keterbelakangan, Namto mewarnai pembangunan secara berkelanjutan.
Pada aspek loyalitas dan indikator keberpihakan pada publik, Namto tidak perlu lagi diragukan. Namto tercatat sebagai Bupati defenitif pertama di Halmahera Barat yang mulai memimpin daerah tersebut pada 4 Februari 2011. Tentu tantangan pembangunan yang dihadapinya tidak mudah. Dengan kompleksitas problematika sosial ekonomi, Namto tetap tampil sebagai nahkoda yang menyajikan solusi untuk rakyatnya.
Namto terbilang melakukan take off dengan baik dan mengejutkan. Prestisius, dan kita berharap beliau landing dengan sempurna. Medan politik lokal yang penuh riuh dan konspirasi itu tidak membuat ia berdiam diri. Selepas memimpin Halmahera Barat 2 periode, Namto malah mengambil pilihan berani. Politisi dari PDI Perjuangan itu memilih untuk maju sebagai Calon Gubernur Maluku Utara.
Artinya komponen rakyat tak ragu lagi dengan petarung politik yang satu ini. Kekaguman dan apresiasi tentu mengalir kepadanya. Politisi nasionalis. Marhaenis sejati ini melawan sejumlah politisi senior di Maluku Utara. Tentu Namto punya hitungan sendiri. Apalagi politisi yang satu ini sudah matang, pasti punya kalkulasi politik yang komprehensif dan akurat.
Setelah kompetisi Gubernur Maluku Utara tahun 2013, Namto belum mendapat kesempatan membangun Maluku Utara. Situasi tersebut tidak membuatnya 'patah arang'. Namto yang berpasangan dengan Arifin Ismail, sebagai calon Wakil Gubernur dan mendapat Nomor Urut 1 meraih dukungan politik yang penyebarannya meluas. Kontestasi tersebut mengujinya, bahwa Namto merupakan politisi papan atas.
Tidak mudah gelombang politik yang dihadapinya. Tapi begitulah, bukan Namto namanya kalau bermental 'kerupuk' dan mudah ciut. Politisi yang punya jejaring luas itu dikenal pemberani. Dalam pidato-pidato politiknya selalu terdengar pekikan 'merdeka'. Bertanda sosok politisi ini benar-benar merasakan denyut penderitaan rakyat. Kemudian, mau membersamai, membela hak-hak rakyat kecil.
Begitulah Namto selalu bersama wong cilik. Namto dikenal, tidak mau terlalu ambil pusing dengan slogan-slogan politik. baginya bekerja nyata, berkorban dan berjuang bersama rakyat adalah kuncinya membangun peradaban kemanusiaan. Satu lagi yang menonjol dari seorang Namto, ialah ia bukanlah politisi yang penuh basa-basi. Namto mahfum berpidato, walaupun begitu Namto tidak mau menjadi retoris.
Yang selesai pamer retorika. Menjadi politisi dengan modal Omdo atau omong doang. Bertarungan politik lokal yang dikuasai dengan perang dan benturan kepentingan itu membuat Namto kian tertantang. Hingga akhirnya, tahun 2019, Bupati Halmahera Barat yang satu ini mencalonkan diri sebagai Anggota DPD RI. Senator asal daerah pemilihan Provinsi Maluku Utara itu, intens mengawal kepentingan konstituennya.
Bahkan, tidak terbatas di daerah pemilihan saja. Manuver dan ekspansi politik Namto kian meluas, sebagai Anggota Komite II DPD RI yang membidangi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pengelolaan Sumber Daya ekonomi lainnya itu tidak diam. Melainkan vokal, juga tegas menyampaikan aspirasi-aspirasi yang dititipka rakyat Maluku Utara kepadanya. Potret kepemimpinan politik selalu berada pada diri Namto.
Menyelamatkan rakyat dari ancaman kemiskinan, telah dilakukan Namto semasa menjadi Bupati Halmahera Barat. Menolak taluk pada intervensi dan dikte politik juga dilakukannya. Dengan memilih menjadi Senator, terdeskripsikan kalau Namto memilih benar-benar bebas 100% sebagai politisi yang tidak bisa diatur-atur partai politik. legitimasi diberikan rakyat secara murni dan full, tanpa embel-embel mesin politik seperti parpol.