Lihat ke Halaman Asli

Bung Amas

Kolektor

Menginternalisasi Pancasila, Mencita-citakan Pemimpin Pancasilais

Diperbarui: 1 Juni 2020   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayembara membumikan Pancasila, ilustrasi (Foto editor Fahri)

Pancasila bukan sekedar didiskusikan saja. Pengamatan dan analisis dengan melibatkan para ahli, guru besar atau pengamat, toh tetap saja problem aktualisasi pancasila masih terus terlihat. Pekerjaan rumah utama pemerintah adalah mengamalkan pancasila. Bukan lagi ditataran proyek sosialisasi. Melainkan tindakan nyata membumikan pancasila yang dari proses itu dapat menginspirasi publik untuk secara sadar menjalankan nilai-nilai pancasila.

Pemerintah kita masih gagal menjalankan pancasila. Dalam segi interpretasi elit pemerintah begitu mengerti, sayangnya pada tataran melaksanakannya yang lebih. Mengecewakan rakyat. Mari kita menginternalisasi pancasila secara terintegrasi. Kalau sudah mampu menginternalisasi, maka tahapan berikutnya menjadi mudah dalam mengkonkritkannya.

Menginternalisasi pancasila dalam diri, berarti pancasila berpindah dari teks ke tubuh dan alam pikiran manusia. Pancasila mengalami transformasi yang seimbang. Tidak sekedar menjadi hafalan-hafalan, namun menjadi tindakan keseharian. Dapat disimpulkan, pemerintah yang banyak mendapat kritik bahkan hujatan, yaitu mereka yang dianggap publik gagal mengamalkan nilai-nilai dalam pancasila.

Itu sebabnya, pencasila ini sederhana membicarakan keteladanan. Perlakuan pribadi seorang pemimpin sangat penting menjadi indikator panutan. Pemimpin yang menaruh dalam akal dan tindakannya bahwa sikap ketuhanan harus dimunculkan dalam kebijakannya selama memimpin masyarakat. Ia hanya takut kepada Tuhan, bukan kepada investor atau para donatur asing. Pemimpin yang mengerti tentang kemanusiaan secara holistik.

Bukan sekedar mengerti. Lebih dari itu dia mampu menjalankan dalam kehidupan kesehariannya tentang kemanusiaan. Menghormati, mengedepankan manusia diatas kepentingan ''kebinatangan''. Kepentingan seperti bersikap rakus, bersenang-senang di atas penderitaan masyarakat, itu tidak dilakukannya selama menjadi pemimpin.

Pemimpin yang pola hidupnya sederhana. Tapi kebijakannya membahana. Cerminan pemimpin yang bicara dan tindakannya selaras. Model pemimpin yang tidak tertaruk dengan pujian dan pencitraan politik, itulah pemimpin yang pancasilais. Kemudian, yang dicontohkan dan dilakukan pempin itu yakni persatuan.

Idealismr pemimpin pancasilais tidak terhipnotis pandangan dikotomis, tidak diskriminatif. Ia bergerak menghimpun, bukan mengacaukan atau memecahkan persatuan. Yang dikedepankannya kepentingan bersama demi persatuan nasional. Pemimpin yang full dan total mempersatuan rakyatnya. Bukan memisahkan rakyat dengan isu-isu yang bersifat disintegrasi.

Terlebih pemimpin yang tidak memelihara sentiment negatif. Pemimpin yang selalu positif thinking pada rakyat, tidak memandang elemen rakyat tertentu sebagai opisisi. Pada benak pikirannya kita harapkan tidak ada yang namanya standar ganda dan berfikir curang. Mestinya ia harus adil sejak dari berfikir.

Cita-cita kita semua yaitu lahirnya pemimpin yang pancasilais. Pemimpin yang bukan abal-abal, mengklaim dirinya pancasilais, namun kebijakan dan aturan-aturan yang diterbitkan tidak mencerminkan nilai pancasila. Rakyat menghendaki bukan kesederhanaan pemimpin dari sisi penampilannya, bukan itu.

Yang dinanti dan dicita-citakan rakyat itu pemimpin yang mampu mewujudkan ketaatan pada Tuhan. Pemimpin yang punya nilai kemanusiaan, menghidupkan persatuan. Saat memimpin sang pemimpin tidak otoriter, tapi demokratis dan mengerti roh dari kerakyatan itu. Memasyarakatkan keadilan. Pancasila yang utuh dan original itu tercermin dalam tindakan pemerintah.

Bukan melalui pidato di atas mimbar politik. Perlu ada sayembara yang dibuat dalam momentum Hari Lahir Pancasila kali in (1 Juni 2020), dimana kita serentak membangunkan kesadaran pemimpin. Tentu dengan tujuan terlahir pemimpin yang benar-benar pancasilais secara kaffah. Bukan pemimpin pancasilais setengah hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline