Lihat ke Halaman Asli

Bung Amas

Literasi progresif

Jangan Pilih Antek Oligarki

Diperbarui: 22 November 2024   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sakitnya demokrasi, disebabkan aksi tipu-tipu (Dokpri)

TIDAK sediki orang abai dan tertipu dengan mulut manis para politikus oligarki dalam kampanye. Harus sisakan pikiran ragu-ragu (skeptis) terhadap janji, retorika politik yang mereka sampaikan. Terlebih disaat Pilkada Serentak 2024 ini. Sebelum semua terkonfirmasi benar, maka propaganda politikus jangan ditelan. Keraguan wajib ditumbuhkan. Kita tetap menjaga kewarasan (sanity). 

Begitu juga sikap masyarakat yang kita berharap tidak boleh melupakan kegilaan (insanity) para politikus penipu. Segala kebohongan sistematis yang disampaikan politikus harus ada sanksi moralnya dari masyarakat. Cara membalas mereka yaitu dengan tidak memilih politikus tersebut.

Ya, masyarakat perlu menjaga ingatan kolektifnya. Dalam Pilkada Serentak 2024, kita juga menyadari bahwasanya tidak sedikit antek dan bonek oligarki diperintah untuk bertarung sebagai kontestan politik. Mereka yang diasuh oligarki. Rata-rata adalah pengusaha bermental rakus. Gaya berpolitiknya dengn mengandalkan uang (kekayaan). Mereka tentu memiliki agenda besar merusak negeri. 

Untuk warga Maluku Utara, jangan mau memilih antek oligarki. Waspada dan tandai paket calon Gubernur Maluku Utara yang menjadi antek oligarki. Suka pamer kekayaan, kendaraan mewah, bermain politik uang, dan seterusnya yang materialistik. Mereka mengabaikan gagasan, visi misi. Karena kelak, kita semua akan menyesal jika memilih antek oligarki.

Telah banyak fakta ditemukan, mereka merusak masa depan generasi dengan eksploitasi sumber daya alam secara brutal. Atas nama investasi hajat hidup masyarakat dirampas. Pertambangan akan menjadi target mereka, perut bumi dikuras, lalu masyarakat pribumi diberikan kesempatan atau jatah bekerja hanya sebagai pekerja kasar. Sungguh tidak sebanding. Sementara alam kita dirusak.

Dimana para politikus menjanjikan sesuatu, namun mereka yang mengingkarinya sendiri. Ada yang bersikap baik disaat momentum politik, mereka bermental penipu. Pandai melakukan kamuflase. Ketika menang mereka membodohi masyarakat, mengeluarkan kebijakan yang tidak menopang ekonomi masyarakat. Malah pro pada investor asing.

Kalau kita pelajari pola dan modus kampanye yang dilakukan politisi beserta tim pemenangnya ketika Pemilu (Pilkada) masih sama. Mereka berkutat pada janji manis, atau juga berpura-pura baik. Mereka tak ragu berlagak seperti malaikat atau orang-orang suci yang dermawan.

Cukuplah pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi guru yang menggugah kesadaran kita. Cukup sudah masyarakat dibohongi. Mari menuntun kewarasan kita agar melawan segala praktek pembodohan sistematis yang dilakukan politisi.

Tak ada yang bisa menyelamatkan dan melakukan perlawanan sebaik masyarakat saat ini yang punya kedaulatan. Cara melawannya sederhana, ketika pelaksanaan Pilkada Serentak 2024, yaitu 27 November 2024 masyarakat tidak memilih pemimpin yang berpura-pura. Mereka yang munafik, tidak layak dipilih.

Apalagi pengusaha yang tidak punya basic kepemimpinan lalu masuk dalam kancah politik. Mereka layak dijauhi. Jangan memilih calon pemimpin yang demikian, karena di mata mereka masyarakat menjadi alat komoditas. Tak lebih dari itu. Sehingga harga diri masyarakat dibelinya.

Mereka tak menghormati dan tak menghargai dignity, martabat masyarakat. Bagi mereka yang penting menang dalam kompetisi demokrasi. Membeli suara masyarakat dan berpura-pura baik adalah hal yang harus dilakukannya sehingga masyarakat tergugah dan memilihnya. Ini tidak benar, dan perlu dibongkar ke publik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline