Lihat ke Halaman Asli

Bung Amas

Literasi Sampai Mati

Opinion Leader dan Problem Kesenjangan

Diperbarui: 21 Oktober 2023   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang opinion leader, ilustrasi (Dokpri)

PEMIMPIN itu pelopor. Termasuk dalam hal menjadi lokomotif isu dan gagasan baru. Atau yang akrab kita sebut dengan istilah opinion leader atau pemuka pendapat. Ini merupakan suatu konsep yang tidak asing bagi kegiatan kehumasan. Semua kita tentu mau menjadi opinion leader.

 Konsep ini secara harafiah, ditujukan kepada para pemuka pendapat atau mereka yang secara formal memiliki pengaruh dalam masyarakat. Meminjam pemahaman dalam perspektif sosiologi komunikasi, opinion leader digambarkan sebagai tokoh yang memiliki pengaruh.

Problem lain yang berkembang dan merusak citra seorang opinion leader ialah keteladanan. Sering isu atau informasi yang disampaikan tidak semuanya dapat diyakinkan melalui tindakan. Distrust terjadi. Tak jarang opinion leader menjadi pecundang dalam konteks tertentu.

Dalam lingkup sosial politik, pemimpin memiliki pengaruh yang luar biasa. Tak dapat abaikan, ketika suatu negara tidak mengalami kemajuan pesat, bahkan jalan di tempat, dan mundur menuju kehancuran, rakyat menyalahkan pemimpinnya.

Itu sesuatu yang wajar. Pemimpin wajib ditagih pertanggungjawabannya oleh rakyat yang dipimpinnya. Bagi pemimpin yang lemah kritik dan kemarahan publik atas kinerjanya, direspon dengan pembenaran. Mencari alasan untuk menampilkan diri bahwa pemimpin tersebut tidak pernah salah. Telah sukses.

Berbeda dengan pemimpin yang kuat dan berfikir futuristik. Mereka memandang, merespon perbedaan pikiran yang tumbuh dari rakyat sebagai kekuatan. Kritik diambil sebagai masukan untuk memperkuat kepemimpinannya. Kemarahan rakyat dimaknainya sebagai sesuatu yang lumrah. Rakyat tidak dibenci.

Itulah cermin ''looking glass'' dari pemimpin yang berfikir sehat, berfikir waras, dan berfikir benar. Berbeda dengan pemimpin yang berfikir sakit. Segala pandangan yang beragam dinilainya sebagai cara pihak lawan menyerangnya. Lalu dia menjadi antikritik. Merasa paling benar, tidak menerima pendapat rakyat.

Perbedaan kepemimpinan itu ada tandanya. Silahkan melihat ''looking'' dari ukuran keberhasilan pembangunan, baik dari dimensi pendidikan, sosial, ekonomi, moral etika, keteladanan, pembangunan fisik, kesantunan menanggapi reaksi rakyat, kehidupan demokrasi, dan yang ada korelasinya dengan aspek publik lainnya.

Dari tanda keberhasilan dan standar keberhasilan memimpin dari pemimpin tersebut, rakyat akan menggaris bawahi atau membuat bottom line. Kebanyakan pemimpin kita di Indonesia membangun trust melalui jalur opinion leader. Ini penting, namun harus diimbangi.

Yakni melalui konsistensi menjalankan ide atau gagasan yang diucapkan kepada rakyat. Opinion leader, sebagai pemimpin atau seseorang yang berhubungan erat dengan media massa. Mereka yang paling awal mengadopsi ide-ide baru. Kecenderunagnnya pemimpin seperti ini selalu kreatif. Punya pemikiran pembaharu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline