Lihat ke Halaman Asli

Bung Amas

Literasi progresif

Pentingnya Itikaf Politik

Diperbarui: 28 Maret 2023   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Amas (Dokpri)


ADA
waktu dimana segala problem, kegundahan dan kegaduhan membuat seseorang bosan. Lalu apatis. Begitupun kita menghadapi kemungkaran. Apakah kita berani mencegah atau tunduk dan diam saja. Banyak politisi kurang peka dalam soal ini. Mereka tertariknya ribut untuk sesuatu hal yang memberi manfaat pribadi.

Di bulan suci ramadhan 1444 Hijriah, bertepatan dengan tahun 2023 masehi, para politisi rasanya perlu melakukan itikaf. Melalui cara itulah benih-benih benturan argumentasi terminimalisir. Berhentilah sejenak menjalankan misi politik. Safari dan silaturahmi sebaiknya diskors sementara waktu.

Karena kenapa?, publik selalu disajikan dengan ketidakharmonisan. Contoh di depan mata, ada pihak yang merancang dan menjalankan agenda silaturahmi politik, mesti tema yang dikonstruksi bukanlah silaturahmi politik. Tapi, yang dihidupkan, dipropaganda ke publik ialah bersifat anomali dan kontradiktif.

Tahun Pemilu 2024, memang tak lama lagi. Bukan untuk melarang atau membatasi kebebasan demokrasi dari orang lain, ini sekedar saran. Sebaiknya, agenda-agenda safari politik dilanjutkan setelah bulan ramadhan. Sehingga media sosial tidak terus-menerus bergejolak dengan praktek saling tuding.

Biar pula interaksi sosial kita tak dipenuhi dengan saling curiga, dan bahkan saling serang. Kita lebih khusyu menjalani ibadah puasa. Kecenderungan warga kita yang reaksioner juga menggampangkan provokasi buruk di media sosial meluas. Itu sebabnya, lebih baik politisi kita melakukan itikaf politik.

Berdiam diri, menahan diri, menginterupsi sebentar waktu safari politiknya. Sebab, sekarang juga kontroversi terlihat. Dan bukan hanya melibatkan warga dari agama tertentu saja, namun telah bersilang lintas agama dalam membahas tema-tema ''safari politik'' di bula ramadhan.

Dipending itu lebih baik. Ketimbang dilaksanakan safari politik, lalu kemudian ada agenda sisipan, trik politik jahat dan adu domba diselindupkan di bulan yang mulia bagi kaum muslimin ini. Maka, problem kekacauan bisa terjadi. Inilah yang kita antisipasi. Pencegahan perlu dilakukan intensif.

Jangan sampai ada penumpang gelap yang memainkan peran ganda. Membuat rakyat saling menyalahkan antara satu dengan yang lain. Biasanya dari hasil pro kontra di ruang publik, ada pihak yang mengambil keuntungan. Mereka diuntungkan. Rakyat menanggung derita dari proses itu.

Hadapi perbedaan pilihan politik di bulan mulia ini dengan melakukan itikaf politik. Para politisi muslim perlu berdiam diri di masjid. Kurangi rutinitas yang berkaitan dengan politik praktis. Biar rakyat juga tidak diusik dengan isu-isu saling menyudutkan dari elit politik.

Tidak bisa diabaikan dinamika politik yang makin memanas jelang 2024, kalau tak didinginkan, maka akan melahirkan turbulensi yang dahsyat. Publik berharap para elit parpol, elit relawan, akademisi, pegiat literasi, para pemerhati dan pecinta demokrasi men-direct memberi komando.

Tunjukkan keteladanan. Biar aktor-aktor politik kita di lapangan bisa malukan itikaf politik. Tidak terus melakukan mobilisasi dari mesjid ke mesjid. Atau dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan banyak orang dengan alasan safari ramadhan atau apapun. Dengan begitu, partisan parpol akan manut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline