Kita tidak bisa menafikkan informasi adalah unsur kehidupan. Anda dapat merasakan kehidupan karena informasi. Bahkan berkat informasi, kita dapat memberikan kehidupan kepada setiap orang. Keberadaan menara pencakar langit tertinggi di dunia adanya Dubai, perempuan Arab duduk di kursi parlemen, dan keberadaan kecerdasan buatan diperoleh akibat apa yang disepakati sebagai informasi. Di era serba digital hari ini, informasi melaju demikian cepat. Informasi dapat kita jumpai di manapun dan kapanpun.
Portal sosial media menjadi corong utama penyebaran ribuan informasi. Informasi tanpa diminta-minta akan tampil secara default pada halaman beranda, dan berdasarkan sistem algoritma, informasi akan muncul sesuai preferensi. Anda yang sedang duduk santai menikmati kopi pagi, tiba-tiba teralihkan akibat notifikasi berita terupdate seputar dunia politik hari ini. Begitupun, disaat reuni, anda harus merelakan keakraban reuni akibat sibuk membaca berita tren fashion masa kini yang sedang ramai dibincang orang kebanyakan.
Informasi merupakan anugerah, sekaligus akan menjadi sampah. Informasi akan menjadi anugerah jika ia benar, dan akan berubah layaknya sampah apabila berisi ketidakbenaran belaka. Posisi kebenaran informasi di masa kedaruratan saat ini sangatlah menentukan.
Penyebaran wabah covid-19 di masa awal-awal berhasil ditekan, salah satu faktornya adalah informasi selain transparansi. Korea Selatan tahu persis bagaimana memanfaatkan informasi sebagai perisai dalam membentengi negaranya dari wabah covid-19.
Korea Selatan telah belajar banyak dari kasus wabah MERS yang menimpa negaranya pada tahun 2015 lalu. Selain penanganan cepat dan akurat, salah satu tak kalah penting adalah arus komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Tujuannya agar tidak terjadi kepanikan. Kemampuan mengkomunikasikan semua informasi terkait wabah dengan cara terbuka, jujur, dan transparan agar masyarakat dapat menaruh kepercayaan yang tinggi pada aparat pemerintah dan otoritas kesehatan.
Arus besar informasi yang kita hadapi saat ini merupakan konsekuensi akibat penggunaan internet secara massal. Dikatakan massal, sebab pengguna dari berbagai komunitas negara seantero dunia menggunakannya tanpa kenal waktu.
Arus informasi yang dahsyat ini pada gilirannya memunculkan sejumlah masalah baru yaitu menguatnya watak bebal dan runtuhnya otoritas penjamin kebenaran. Faktor internet tidak saja menjadi lompatan yang berarti bagi kehidupan manusia, tetapi sekaligus menebalkan faktor kekurangan manusia.
Barangkali semua orang mengetahui apa yang terjadi, namun sebagiannya memalingkan pandangan bahwa kebebalan dan keruntuhan otoritas kebenaran telah berubah menjadi masalah familiar yang terjadi dalam kehidupan keseharian.
Seakan menjadi kewajaran, sehingga sering kita jumpai bagaimana dokter berjerih payah harus memfilter dan mengklarifikasi keluar-masuknya informasi tak jelas sumbernya yang datangnya dari sosial media dan platform lainnya. Benar saja, akibat informasi tersebut, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi dan otoritas kebenaran menurun drastis. Informasi tersebut berhasil menjungkirbalikkan institusi dan otoritas yang selama ini menjaminkannya kebenaran.
Di era informasi seperti saat ini, masyarakat menaruh lebih banyak kepercayaan pada dirinya ketimbang otoritas, ilmuan akademisi, peneliti bahkan pakar.