Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Suryadi R

Founder Lingkar Studi Aktivis Filsafat (LSAF) An-Nahdliyyah

Guru akan Bersaing dengan Robot

Diperbarui: 28 Mei 2020   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : kompas.com

Beberapa hari lalu saya menonton film India layar lebar judulnya Enthiran yang sudah tayang sejak 2010 silam. Film ini mengisahkan tentang seorang Dr. Vassegara. Ia adalah seorang ilmuan robotik yang berhasil menciptakan robot android pintar di laboratorium robotik miliknya. 

Robot ciptaannya mempertontonkan adegan memukau dalam film itu. Chitti nama robot itu. Sebuah nama yang diberikan oleh ibunda Vassegaran ketika ia membawanya pulang ke rumahnya.

Tak tanggung-tanggung, robot yang diciptakan itu multitasking, dapat melakukan pekerjaan apapun yang lumrah dilakukan oleh seorang manusia. Dalam film itu, Chitti memperlihatkan kepiawaiannya. Ia (baca : Chitti) lincah memasak, mahir beraksi bela diri, menolong manusia yang sedang berada dalam bahaya kriminal, dan juga dapat menyelamatkan manusia yang sedang dihimpit musibah kebakaran. 

Yang menarik bagi saya, ketika Chitti membantu Sana---kekasih si Dr. Vassegan dalam Enthiran---menyelesaikan ujian akhir di kampusnya dengan teknologi sistem scanning infrared yang telah dibekalinya.

Inilah potret dunia yang sedang dihadapi umat manusia hari ini. Sistem berbasis teknologi dan komputasi akan masuk ke setiap sendi-sendi kehidupan manusia. Tak ketinggalan dunia pendidikan---akan dan pasti---terkena dampaknya. 

Zaman yang demikian cepat akan menjadi babak baru bagi seluruh tenaga pendidik seantero dunia. Ke depan, guru harus gesit dalam merespon kecepatan eksponensial zaman. Kemungkinan besar, seorang guru akan bersaing dengan robot-robot cerdas---yang merupakan buah dari Revolusi Industri 4.0.

Ada statement yang mungkin seringkali terngiang di pendengaran bahwa secerdeas-cerdasnya robot tidak akan menggantikan peran guru. Satu sisi, pernyataan ini bisa dibenarkan, sebab hari ini robot masih bekerja mekanis berdasarkan skema sistem yang diprogram untuk melalukan pekerjaan sederhana manusia. 

Namun, di sisi lain, pernyataan tersebut tidak lagi relevan jika seandainya robot dapat merasakan marah, kasih sayang bahkan jatuh cinta sebagaimana dalam kisah Chitti dalam film Enthiran.

Tak ada yang mustahil. Semuanya bisa terjadi. Sains dan teknologi akan terus-menerus menelusuri titik kelemahannya kemudian menutupinya dengan penemuan baru termasuk teknologi robotik dengan konfigurasi Big Data. 

Yuval Noah Harari dalam bukunya 21 Lessons mengatakan bahwa revolusi infotek dan biotek akan menghasilkan algoritma big data yang dapat memahami perasaan seseorang jauh lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline