Lihat ke Halaman Asli

Belajar tentang Feminisme : Sebuah Awal

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"A feminist is anyone who recognizes the equality and full humanity of women and men."(Gloria Steinem)

Banyak perempuan yang menyanjung tinggi emansipasi, mereka seringkali disebut feminis. Ya, mereka menuntut persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria). Sesuatu yang diperjuangkan berarti sebelumnya tidak ada atau masih dirasa kurang dari porsi yang seharusnya. Lingkungan membuat perempuan kental dengan stereotipe lemah, tidak bisa mandiri, serta tidak mampu memimpin. Perempuan cukup bekerja dalam ranah domestik, tidak perlu unjuk gigi, tidak perlu berkarya.

Wacana awal femininisme muncul sekitar abad ke-17. Feminisme berkembang dalam ruang lingkup dan tradisi kajian barat (yang dilatarbelakangi dinamika sosial politis di barat).Sejarah mencatat bahwa kemunculan terminologi dan wacana feminisme seringkali dikaitkan dengan berbagai pergerakan politik kontemporer di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1700an. Saat itu isu yang berkembang adalah kesetaraan politik antara perempuan dan laki-laki (tuntutan perempuan diposisikan sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya penunjang pria). Benar, perempuan bukanlah sekadar pelengkap kaum adam. Bukan seperti itu, hingga rasanya bukan hanya mengerjakan apa yang pria tidak bisa kerjakan. Bukan pula hanya mengambil peran nomor dua, menjadi penyangga jika ada yang jatuh.

Feminisme berkembang, sebenarnya apa itu feminisme? Feminisme adalah belief, a movement, atau awareness yang merupakan persepsi ketidaksetaraan perempuan terhadap laki-laki dalam masyarakat. Feminisme juga merupakan “belief in economics, political, and social equality of males and females as a modern movement to transform the male dominant past and create an egalitarian future”. (Mankiller, et al 1998 : 187). Jadi, feminisme merupakan suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan atau eksploitasi terhadap masyarakat di tempat kerja dan dalam keluarga serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut. (Bashing and Kahn 1986 : 5)

Feminisme adalah persepsi bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan derajat. Lelaki lebih baik, maka mereka boleh mendapatkan pendidikan, mereka boleh mengembangkan karier, dan merekalah pemimpin di dalam masyarakat. Sedangkan perempuan? Bersikap manislah, atau kau akan mendapatkan cap negatif. Hal inilah yang diperjuangkan ibu kita Kartini. Hak perempuan untuk diperlakukan sama dengan yang lain, hak untuk diberi kebebasan melakukan apa yang diinginkan dan bukan lagi diatur oleh aturan yang ada di dalam masyarakat.

Perempuan ingin keluar rumah, kemudian bermanfaat bagi orang banyak. Semuanya bermula dari kesadaran bahwa kaum ibu mampu berbuat sesuatu. Kaum ibu mampu menyelesaikan masalah yang mungkin tidak mampu diselesaikan laki-laki. Perempuan pun punya sesuatu. Maka, perempuan butuh dianggap setara, agar tak ada lagi diskriminasi dan penghambat gerak. Bukankah juga tidak ada agama yang mengatakan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki?

Maka hilangkan pikiran bahwa ada ketidaksetaraan gender. Pemikiran bahwa perempuan itu lebih pantas di rumah adalah pikiran kuno yang tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Jangan, jangan kekang perempuan turut berkarya, hanya ingatkan apabila kami lupa bahwa ada hal-hal yang perlu dijaga, ada pula kewajiban yang patut dijalankan. Ingatkan, betapa perempuan begitu berharga dan begitu dibutuhkan.

Haniva Az Zahra

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline