Lihat ke Halaman Asli

Bahaya Prabowo

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baiknya kita mulai dengan siapa saya. Silakan lihat postingan saya sebelumnya, khususnya soal SBY dan Century. Lihat data-datanya; dan cobalah google. Perhatikan bahwa data itu diputar ke segala penjuru. Dan hebatnya itu semua hanya 'estimate'; dan itu hanyalah spinned information.

Saya mantan tentara. Tetapi saya tetap orang intelijen. Seorang yang pernah terjun di dunia intel dan pernah terlibat mendalam akan tahu persis bahwa pensiun dari dunia seperti ini adalah tidak mungkin. Paling jauh kita hanya bisa pasif dan tidak terlibat di dalamnya tetapi untuk menjauh sepenuhnya hampir tidak mungkin. Kadang kita sudah pergi jauh eh tetap saja ada kolega lama yang bisa menemui untuk berbagai urusan.

Pasca 1998, organ intelijen berantakan. Semua kantung dan sumberdaya yang disusun rapi sejak jaman Ali Murtopo jadi runtuh karena reformasi. Reorganisasi di organ gelap seperti ini jadi sulit/tidak mungkin karena kita tidak tunduk pada dokumen-dokumen formal tetapi pada struktur intelijen yang nyata/hidup.

Akhirnya kami jadi mercenaries, alias intel bayaran. Karena jumlahnya agak banyak dan beragam kantung maka banyak pula tuan-tuan yang mengelolanya. Sebagian diurus dunia bisnis, sebagian diurus dunia politik.

Dalam dunia politik yang tetap saja kotor, sebagian dari kami bekerja agak normal. Seperti saya, TrioMacan atau berbagai elemen lain bekerja untuk jadi pengolah opini baik di tingkat media maupun di lapangan. Seperti pengalaman 2009 ketika sebagian dari kami bekerja jadi membantu 'Rajawali' (kode untuk Krisna atau SBY) mengembangkan citra SBY sebelum pemilu. Berbulan-bulan kami bekerja di kabupaten, setiap kabupaten 2 orang, untuk membuat isu dan citra soal SBY, termasuk bahwa dia antikorupsi dengan dongeng bahwa dia memenjarakan besannya sendiri.

Salah satu kantung pengelola terbesar intel bayaran ini adalah Prabowo Subianto. Selain karena ia memang punya logistik untuk itu, ia juga terpaksa bertanggung jawab karena organ intelijen di bawahnya (salah satunya Tim Mawar) dihancurkan dan harus diputus link-nya. Setelah mulai reda, mereka mulai kembali dan terhubung kembali dengan Prabowo.

Ia juga punya jaringan bisnis yang bisa jadi sumber logistik. Itu menjelaskan mengapa Prabowo bisa ngelola impor fosfat terbesar dari Yordan untuk banyak pabrik pupuk di Indonesia. Atau mengelola dukungan penyelundupan barang-barang tertentu di pintu-pintu barat. Hercules? Itu mah remeh temeh dalam bisnis ini. Hebatnya Prabowo, ia bisa mengatur sel terputus yang rapi sehingga sulit dihubungkan langsung dengannya. Orang pasti bilang, masak sih?

Lalu apa sih bahaya Prabowo kalau jadi presiden?

Prabowo ngaku menculik hanya 8 orang. Hanya delapan lho. Pikirkan lagi, kalau dia ngaku hanya delapan, sebenarnya berapa yang dia culik? Kalau kita nyuri permen dan ketangkap basah, kita pasti ngaku nyuri cuma sebiji. Atau kalau kita telat di sekolah, kita pasti ngakunya baru kali itu telat.

Bahaya terbesar Prabowo adalah karena dia memimpin kantung 'tentara bayaran' terbesar di Indonesia. Ia mengelola ratusan intel dan terorganisir rapi dalam sepuluh tahun terakhir.

Orang bilang kan dia nyulik aktifis, bukan ngurus orang biasa. Coba pikir lagi. Ia ngaku HANYA menculik delapan tetapi kita tidak pernah tahu berapa sebenarnya yang dia culik dan seberapa sering ia menculik. Bahayanya adalah lalu apa saja yang bisa ia lakukan di luar apa yang sudah ia akui?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline