Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Masih Terjajah, Mari Berjuang untuk Kemerdekaan

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Falsafah/ideologi yang kita gunakan saat ini bukanlah pancasila tetapi sekuler. Sejak Indonesia dideklarasikan kemerdekaannya, Indonesia tak pernah menerapkan falsafah dan sistem sosial Pancasila tetapi selalu mengambil ideologi asing. Mulai dari Syariah asal Arab hingga Sekulerisme (Sosialisme, Komunisme, Demokrasi/Kapitalisme) yang masuk dari Barat. Akhirnya, saat ini Demokrasi/Kapitalisme, ideologi asal Amerika Serikat inilah yang berhasil bercokol di Indonesia, tersistematis dan telah mulai terlihat membudaya. Walaupun demokrasi/kapitalisme sangat berbeda dengan falsafah Pancasila tetapi mereka dengan licik menggunakan istilah Demokrasi Pancasila agar ideologi sekuler mereka diterima dengan mulus oleh bangsa Indonesia. Jadilah saat ini Indonesia berfalsafah sekuler (keduniawian semata) yang menjadi acuan nilai-nilai benar-salah, baik-buruk. Bentrokan nilai Sekulerisme dan Pancasila ini masih dirasakan oleh generasi-generasi lalu yang masih hidup. Tak heran jika banyak diantara masyarakat yang mengeluh mengapa zaman ini yang benar bisa menjadi salah dan salah menjadi benar, baik dibilang buruk dan buruk dibilang baik. Jika tak dibendung, mungkin sekali generasi saat ini dan beberapa generasi berikut sudah cukup untuk mencerabut Pancasila dari akarnya dan sebagai gantinya sekulerlah yang menggurita dan mengakar.

Berhentilah dengan propaganda bermanis-manis yang berlindung dibalik topeng kemulukan, sikap riya berbangga-bangga dan meleklah untuk melihat bahwa semakin lama Indonesia semakin tak merdeka, dijajah secara ideologi dan budaya, terutama oleh Amerika Serikat dan Timur Tengah. Indonesia ditakut-takuti dengan senjata mutahir dan neraka, diiming-imingi harta (ekonomi) dan tahta (politik) agar mau menjadi belanda hitam dan tentu saja menggunakan sentimen agama Kristen Protestan untuk membentuk kaki tangan Amerika mempertahankan ideologi sekulernya di Indonesia dan sentimen agama Islam untuk membentuk jaringan ideologi Arab di Indonesia yang ingin menggantikan sekulerisme. Anehnya, tarik-menarik ideologi-ideologi asing yang sudah diketahui tak cocok bagi akar budaya Indonesia ini malah menyingkirkan Pancasila dan dibiarkan tersingkir oleh bangsa Indonesia sendiri. Hal tersebut harus segera dihentikan. Jika tidak, generasi-generasi berikutlah yang akan kena getah dengan semakin centang-perenangnya budaya Indonesia dan jadi tempat bagi orang-orang asing saling terkam dan melebarkan pengaruhnya.

Mengacu pada tulisan saya sebelumnya "Baik-buruk, Benar-salah dari Konsep Dikepala Hingga Membudaya", falsafah/ideologi adalah referensi benar-salah dan baik-buruk yang diyakini secara kolektif oleh suatu kelompok masyarakat yang menjadi akar budaya. Sedangkan konsep adalah bagaimana batasan atau definisi sesuatu disebut benar dan salah, baik dan buruk, mana yang masih dalam batasan dan mana yang telah diluar batas. Sedangkan rancang-bangun adalah membangun atau membuat suatu sistem, mekanisme sosial berdasarkan konsep tersebut. Jika sistem tersebut telah berjalan bahkan antar generasi, dikatakan sistem tersebut telah membudaya atau tersistematis.

Sayang sekali Pancasila saat ini masih dalam bentuk falsafah/ideologi yang belum ada konsep dan rancang-bangunnya untuk masyarakat moderen, apalagi sampai dikenal oleh generasi-generasi baru secara kasat mata. Pemikir-pemikir Indonesia diperlukan untuk membuat konsep-konsep baru yang diambil dari falsafah Pancasia, membentuk rancang-bangun sistem sosial Pancasila kasat mata (social engineering), merombak total sistem pendidikan dengan merubah pemikiran-pemikiran yang tersirat dan tersurat dalam Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sekuler itu di sekolah-sekolah terutama sekolah-sekolah tinggi (universitas, institut, akademi, dan lain-lain). Membudayakan pengetahuan dan kemampuan membangun IPA (Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam) dengan mental Pancasila, bukan Sekuler.

Pemikir-pemikir Indonesia yang bersatu, yang mengkoordinir dirinya satu dan yang lain, membuat rencana jangka pendek dan panjang, merombak pendidikan secara total untuk mengembalikan nilai-nilai benar-salah, baik-buruk menurut Pancasila, adalah bentuk perlawanan terhadap penjajah asing model baru untuk kemerdekaan hakiki mengatur dan membentuk rumah Indonesia sendiri. Tak usah takut diintimidasi oleh Amerika Serikat dan Arab/Timur Tengah. Takut hanya kepada Allah SWT saja.

http://filsafat.kompasiana.com/2014/07/22/baik-buruk-benar-salah-dari-konsep-dikepala-hingga-membudaya-669591.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline