Lihat ke Halaman Asli

Belatung Berjatuhan Dari Kelamin Mantan Muadzin (Part1)

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di atas kami berlayar ke berbagai negeri untuk mencari penghasilan. Alhamdulillah, kami ditemani pemuda yang shalih. Moralnya baik, dan hatinya bersih. Kami lihat cahaya ketakwaan tercermin dalam hidupnya. Anda tak menemuinya, selain ia dalam keadaan berwudhu’, shalat, atau memberi petuah-petuah keagamaan.

Jika waktu shalat tiba, ia yang mengumandangkan adzan. Juga yang menjadi imam. Jika ada yang ketinggalan atau tidak hadir, dia yang menegur. Begitulah ia menjadi juru nasihat bagi kami sepanjang berlayar.

Lautan membawa kami ke pulau di India. Kakmi pun turun. Kebiasaan para kru kapal, menghabiskan beberapa hari di sana untuk melepas lelah. Mereka kumpulkan lagi staminanya setelah menghabiskan perjalanan panjang. Berjalan-jalan di kota untuk membeli barang unik sebagai hadiah keluarga dan anak-anak jik apulang. Dan biasanya, kembali ke kapal ketika malam tiba. Sialnya, diantara penumpang ada sekelompok pemuda urakan. Mereka suka melancong ke lokasi – lokasi kemaksiatan, hiburan malam, dan tempat tempat asusila. Pemuda shalih itu tak mau turun selama-lamanya dari kapal. Ia lebih memilih hari-harinya di kapal, memperbaiki atau menservis barang-barang kapal yang rusak. Memintal tali tang sudah pudar, atatu mennggulungnya. Mengambil balok-balok kayu laly menatanya. Atau menyibukkan diri dengan dzikir, tilawah Al-Quran atatu shalat.

Matanya bergerimis air mata dan membasahi jenggotnya. Dalam suatu perjalanan, ketika si anak shalih tadi konsentrasi dengan pekerjaannya, salah seorang karyawan yang ‘mbeling’ menghampirinya dan berujar :

“Wahai kawan, mengapa kamu hanya duduk saja di kapal dan tak mau meninggalkannya? Mengapa engkau tak turun sehingga melihat dunia lain yang belum pernah kita lihat? Kesinilah, engkau bisa melihat sesuatu yang menyenangkan dan menghibur jiwa. Saya tidak berujar kepadamu unutk pergi ke lokasi-lokasi pelacuran dan kemurkaan Allah, juga tidak mengajak ke bar-bar dan lokasi kemaksiatan. Kemarilah wahai kawan, lihatlah ke permainan ular-ular yang ajaib, yang pawangnya mengajaknya bermain-main tanpa rasa takut. Juga lihatlah pawang gajah bagaimana menjadikan belalainya sebagai tangga untuk menaikki punggungnya. Kemudian si pawang menyuruh si gajah mengangkat kedua kaki belakang dan depannya, dan gajah hanya berdiri dengan satu kaki! Wah, nikmatnya kalau kamu melihat orang berjalan di atas paku, kok bisa ya? Juga orang yang menyantap bara api seolah-olah kurma. Juga orang yang minum air laut seolah-olah air tawar segar. Ayo kesini wahai kawan, lihat orang-orang ajaib itu? Ajaknya. Hati si anak shalih tadi pun larut, penasaran atas yang di katakan si pemuda mbeling.
“Benarkah ada di dunia dari ceritamu? Katanya dalam hati.

-To be continued-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline