Peningkatan kasus sifilis di kalangan remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mengkhawatirkan. Artikel ini meninjau tren peningkatan kasus sifilis di kalangan remaja, mengeksplorasi faktor-faktor risiko yang berkontribusi, dan membahas implikasi kesehatan masyarakat serta strategi intervensi yang efektif.
Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh (gumma).Sifilis dapat bermanifestasi lokal dan sistemikberbetuk bermacam-macam dan dapat menyerupai banyak penyakit sehingga sulit untuk dideteksi sejak awal. Prevalensi sifilis masih cukup tinggi dan juga merupakan faktor risiko untuk penularan infeksi HIV. Diagnostik dan penatalaksanaan yang tepat dan komprehensif diperlukan tidak hanya untuk mengatasi infeksi Sifilis, tetapi juga untuk komplikasi penyakit lain yang menyertainya.
Penyakit sifilis adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Treponemapallidum (T.pallidum), yang terutama ditularkan melalui hubungan seksual. Sifilis secara khas ditandai dengan periode aktif yang disela oleh periode infeksi laten. Tidak seperti penyakit infeksi lainnya, sifilis jarang didiagnosis berdasarkan penemuan kuman penyebab dari pemeriksaan langsung. Diagnosis sifilis terutama didasarkan pada reaksi serologis terhadap treponema.
Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2011 di Indonesia juga melaporkan prevalensi sifilis masih cukup tinggi. Pada populasi waria, prevalensi sifilis sebesar 25%, WPSL (wanita penjaja seks langsung) 10%, LSL (lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki) 9%, warga binaan lembaga pemasyarakatan 5%, pria berisiko tinggi 4%, WPSTL (wanita penjaja seks tidak langsung) 3% dan penasun (pengguna narkoba suntik) 3%.
Tren Peningkatan Kasus:
Data epidemiologi dari Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) menunjukkan tren yang mengkhawatirkan terkait peningkatan kasus sifilis. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan ini termasuk:
- Perilaku Seksual Berisiko: Peningkatan aktivitas seksual di usia muda, tanpa perlindungan yang memadai, meningkatkan risiko penularan sifilis.
- Akses Terbatas terhadap Layanan KSR: Kurangnya akses terhadap layanan KSR yang komprehensif, termasuk konseling, skrining, dan pengobatan, menghambat deteksi dan manajemen infeksi dini.
- Kurangnya Kesadaran dan Edukasi: Kurangnya kesadaran dan pendidikan tentang sifilis dan pencegahannya di kalangan remaja dan orang tua berkontribusi pada peningkatan angka kejadian.
- Penggunaan Aplikasi Kencan Online: Aplikasi kencan online dapat memfasilitasi kontak seksual dengan banyak pasangan, meningkatkan risiko penularan IMS termasuk sifilis.
Implikasi Kesehatan Masyarakat dan Strategi Intervensi:
Peningkatan kasus sifilis di kalangan remaja memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang serius, termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas, peningkatan biaya perawatan kesehatan, dan potensi penularan ke generasi berikutnya. Strategi intervensi yang efektif meliputi:
- Pendidikan Seks Komprehensif: Pendidikan seks yang komprehensif di sekolah dan komunitas sangat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang sifilis, pencegahannya, dan akses ke layanan KSR.
- Peningkatan Akses terhadap Layanan KSR: Peningkatan akses terhadap layanan KSR yang ramah remaja, termasuk skrining rutin, konseling, dan pengobatan, sangat penting.
- Kampanye Kesadaran Publik: Kampanye kesadaran publik yang efektif dapat meningkatkan kesadaran tentang sifilis dan mendorong perilaku seksual yang lebih aman.
- Intervensi berbasis teknologi: Menggunakan aplikasi dan platform digital untuk memberikan informasi tentang pencegahan dan pengobatan sifilis.
Kesimpulan:
Peningkatan kasus sifilis di kalangan remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendesak. Strategi intervensi multisektoral yang komprehensif, yang mencakup pendidikan, akses ke layanan kesehatan, dan kampanye kesadaran publik, sangat penting untuk mengatasi masalah ini dan melindungi kesehatan remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H