Lihat ke Halaman Asli

Ganyang Malaysia (?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Ganyang Malaysia?

suatu kalimat yang dipopulerkan di tahun 60an oleh presideng pertama kita, Ir. Soekarno. Suatu kalimat agitatif dan propaganda yang memiliki niatan dan hasrat yang besar. Dan kalimat tersebut kembalipopuler saat ini dengan semangat yang berbeda. Semangat akan penuntutan harga diri.

Indonesia adalah negara besar dengan penduduk dengan lebih dari 220 juta jiwa, tentunya dengan jumlah penduduk yang amat besar tersebut Indonesia memiliki kekuatan yang sangat masiv dengan daya tempur yang sangat luar biasa. bandingkan dengan Malaysia yang ramai dan penuh sesak oleh TKI (baca:Tenaga Kuli Indonesia) tentu tidak ada apa-apanya. Indonesia tanpa melibatkan seluruh sumber daya manusianya juga masih tetap memiliki daya tempur yang sangat luar biasa. KOPASSUS memiliki reputasi yang sangat luar biasa di dunia internasional bahkan sempat menjadi tentara elit peringkat 3 dunia, total TNI yang dimiliki juga 7 kali dari yang dimiliki oleh Malaysia. Namun permasalahan yang akan muncul apa esensinya dari kata "ganyang Malaysia" saat ini? Pantaskah kita melakukan suatu tindakan anarkis terhadap Malaysia?

Mari kita lihat ke sekitar kita. Harga diri mana yang sedang diinjak-injak? Menurut saya harga diri Indonesia lebih dari sekedar 6 derajat Lintang Utara sampai 11 derajat lintang selatan dan .. derajat bujur barat samapi ... derajat bujur timur. Harga diri Indonesia ialah identitas kita yaitu Pancasila. Pancasila suatu hasil pemikiran yang sangat luar biasa, masterpiece, dari founding fathers kita. Pancasila suatu produk unggul yang diapresiasi oleh berbagai macam kalangan di seluruh dunia yang sangat bersifat keindonesian, ya Pancasila adalah harga diri kita inilah identitas kita. Dilihat dari sila pertama Indonesia adalah negeri yang beragama, "Ketuhanan Yang Maha Esa". Agama ialah akal, tiada gunanya agama bagi orang yang tidak berakal begitu bunyi salah satu hadist. Akal, sejauh mana kita mempergunakan akal kita? sebagai salah satu pembeda antara manusia dengan makhluk-makhluk lain ciptaan ALLAH adalah akal. Jelas sudah kita bukan hewan yang bergerak dengan nafsu. Jelas sudah bukan otot yang berbicara tapi otak. Bukan otot bung! Buat apa, sekali lagi buat apa kita maju bawa golok atau melempar kotoran manusia ke kedutaan besar Malaysia. Kecewa boleh tapi selalu ada jalan lain yang pastinya lebih baik. dan menjadi tugas kita untuk mencari jalan yang lebih baik tersebut. Akal erat kaitannya dengan Ilmu, Ilmu erat kaitannya dengan Pendidikan. Mungkin inilah sebab mengapa sila pertama adalah Ketuhaanan Yang Maha Esa. Betapa mulianya bangsa kita sebagai bangsa yang beragama menempatkan kecerdasan akal sebagai identitas pertama kita. KIta ini bangsa Indonesia yang menghargai kecerdasan akal! Wahai anak bangsa majulah saingi PETRONAS, buatlah mobil yang lebih cepat dari PROTON. Panser PINDAD dapat melaju dengan gagah di Lebanon, Hebring sebagai pemenang INAICTA jauh lebih bagus dari upin dan ipin, PETRONAS maju karena alumni ITB. sudah saatnya kita bangun dan bangkitkan Indonesia. Jadikan Indonesia Macan Asia! kalau kita telaah lagi perseturuan antara kita dengan Malaysia juga dikarenakan perbedaan datum yang dipakai atau pada peta memang tidak dicantumkan datum yang saat itu dijadikan acuan sehingga saling tidak memiliki referensi. Sehingga saat inipun Malaysia dengan Indonesia saling ngotot untuk mempertahankan datum referensi yang dipakai kedua belah pihak tersebut. Datum yang dipakai Indonesia jelas menguntungkan Indonesia karena terjadi maksimalisasi wilayah sama halnya dengan Malaysia yang bersikukuh dengan datum referensi yang dipakai pihak Malaysia.

Dari sila pertama saja sudah didapat suatu kebenaran parsial akan hakikat akal.

Ditambah lagi muncul penyakit musimannya orang Indonesia, pasnasnya cuman diawal. Banyak yang nga memiliki komitmen dan integritas yang tinggi. Jadinya kebanyakan cuman sekedar ikut-ikitan tanpa mengerti masalah yang sebenarnya terjadi atau kurangnya kajian sehingga tidak mengerti pendalaman permasalahan. Tambahan buat di buku profil manusia Indonesia mungkin untuk pak mochtar lubis.

harga diri kita lebih dari sekedar kedaulatan. Harga diri kita merupakan suatu pemahaman dari identitas kita sendiri yaitu Pancasila yang saat ini terlena dan terlupakan oleh pemuda kita. Perlu diadakan suatu pemahaman yang mendalam tentang Pancasila sehingga di situ terdapat Pancasila sampai situ pula harga diri bangsa terdapat. Masalah yang kita hadapi sebenarnya jauh lebih kronis dibandingkan perseteruan dengan Malaysia. Saat kita melupakan identitas kita, kita akan lupa kalau kita memiliki harga diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline