Peribahasa sering digunakan orangtua kita untuk memberikan nasehat, petuah dan juga pengingat diri ketika kita berinteraksi dengan orang lain atau hidup bermasyarakat.
Sahabat kompasiana juga pasti masih mengingat ketika masih sekolah kita mendapatkan pelajaran tentang peribahasa, baik itu peribahasa dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah di mana kita tinggal.
Melalui peribahasa, kita dapat mengingatkan orang lain atau diri sendiri agar dapat berprilaku sesuai dengan nilai-nilai positif yang diharapkan oleh masyarakat atau agama. Dengan kata lain, peribahasa dapat dijadikan sebagai Self Reminder atau Muhasabah diri.
Mari kita ulas sedikit peribahasa yang mungkin masih kita ingat dan tetap kita maknai dalam rutinitas sehari-hari.
1. "Becik Ketitik, Ala Ketara"
Yang benar akan terbukti, yang salah akan diperlihatkan.
Dalam bersosialisasi dengan orang lain, tentunya peribahasa jawa di atas dapat dimaknai sebagai nasehat bahwa saat kita menemukan seseorang teman yang berbuat curang atau berbuat jahat, maka dengan sendirinya seiring waktu berjalan kecurangannya akan diperlihatkan dan yang benar akan terbukti.
2. "Urip kuwi Urup"
Hidup itu harus memberi manfaat.
Peribahasa tersebut bermakna, dimanapun kita berada hendaknya memberi manfaat bagi orang lain. Jangan sampai kita menyusahkan orang tua dan juga meresahkan masyarakat. Maka, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi lingkungannya.
3. "Jika pedang lukai tubuh masihkah ada obat dicari, Jika lisan lukai hati kemana obat hendak dicari"