Jika bicara tentang novel Tere Liye, tak akan ada habisnya. Benar bukan? Tak ada survey yang membuktikan, tapi itu hanya asumsi Hayaa seorang, hehehehe....
Novel Tere Liye yang terbit di Gramedia itu pertama kali dipublikasikan pada tahun 2010. Jangan tanya, apa Tere Liye sudah terkenal waktu itu? BELOM. Tapi ia selalu berusaha.
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, sepanjang itulah judulnya. Biasanya judul novel-novel itu berkisar antara 2 - 4 kata. Tapi ini Bang Tere ngambil judul 7 kata. Bukan main. Namun, ceritanya juga bukan main. Berattt...
Novel yang hingga Agustus 2021 mengalami 3 kali remake cover itu bercerita tentang Tania, anak jalanan yang dibiayai oleh Damar, pemuda pekerja keras yang berhasil menekuk lutut nasibnya. Singkat cerita karena perhatian, kebaikan, dan kasih sayang yang dicurahkan oleh Damar Ke Tania, Tania jatuh cinta pada Damar. Orang yang telah menolong serta merubah kehidupannya dan keluarganya. Rasa itu Tania pendam sejak ia mengenal Damar hingga waktu kuliah tiba.
Suatu hari, Damar mengabarkan bahwa ia akan menikah. Sebagai adik sekaligus orang yang mencintai Damar, Tania sangat terluka. Sang adik yang mengetahui gelagat dan perubahan mood Tania akhirnya dapat memahami jika kakaknya tersebut sedang jatuh cinta dan sekarang dalam fase patah hati. Betapa tidak? Tania juga dalam keadaan yang serba salah. Jika ia mengungkapkan isi hatinya, berarti dia tak tahu malu bukan? -itu pandangan Tania. Damar orang yang telah menolong hidupnya, Damar yang sudah seperti kaka dan ayah. Dengan perbedaan umur yang agak jauh. Bagaimana bisa Tania dengan egoisnya mengungkapkan bahwa ia mencintai kak Damar?
Pernikahan berlangsung, dan selama beberapa tahun pula, Tania tak kembali ke rumahnya. Lebih tepatnya ia ingin menghindari Damar. Ia tak tahan dan tentunya tak mampu tuk membendung buncahan hatinya lagi jika bertemu Damar. Tapi apa? DAMAR SUDAH MENIKAH. Dan Damar pula sudah memiliki momongan. Hingga takdir kembali yang berkata. Takdir pula yang menghancurkan segala strategi dan pertahanan yang dibangun dengan susah payah oleh Tania. Hari itu ia harus kembali ke rumahnya.
And then?... takdir lagi-lagi sedang bermain-main dengan hati. Takdir kembali mengguncang akal fikiran hambanya. Dibawah pohon itu, Damar mengungkapkan perasaannya sejak dulu ia pendam. Perasaan yang tertata rapi sejak bertemu dengan Tania. Perasaam yang sebenarnya sama-sama tercipta. Tapi apa? kini Damar telah memiliki kehidupan yang harus ia pertahankan. Kehidupan yang ia pilih sebab ingin lari dari takdir. Apakah boleh membenci takdir? DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H