Lihat ke Halaman Asli

Biblioterapi di Perpustakaan

Diperbarui: 9 Februari 2024   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: aplikasi canva 

Sebagai seorang pustakawan di sebuah sekolah berasrama keberadaan saya terkadang bukan hanya menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan layanan dan pekerjaan keseharian di perpustakaan pada umumnya. Namun seiring dengan interaksi yang intens dengan anak-anak sehingga terbangun kedekatan dengan mereka.

Seringkali mereka curhat dan bercerita mengenai masalah dan hal apapun dalam kehidupannya. Beragam cerita dari yang ringan sampai ke masalah yang dirasa menjadi beban untuk mereka. Tidak jarang mereka meminta saran dan pandangan dari saya yang sudah mereka anggap sebagai orang tua.

Dalam satu kesempatan saya diajak oleh teman untuk mengikuti sebuah workshop tentang biblioterapi. Saya pun mengikuti workshop ini karena sepertinya berhubungan dengan keseharian yang kerap kali saya hadapi. Yaa seringkali anak-anak berbagi cerita dan sharing berbagai masalah yang dihadapinya. Saya berpikir biblioterapi ini bisa diterapkan dalam menghadapi cerita-cerita anak-anak.

Biblioterapi adalah sebuah terapi dalam memecahkan masalah berbasis buku bisa menjadi salah satu jalan  dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi atau minimal bisa meringankan beban yang sedang dirasakan oleh siswa.  Dengan teknik biblioterapi kita sebagai pustakawan melibatkan buku dari berbagai jenis subjek yang dirasa sesuai buat membantu siswa menyelesaikan masalahnya.

Biblioterapi  ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang sedang dialami, memberikan pandangan tentang masalah tersebut, menciptakan diskusi dengan siswa tentang masalah yang dihadapi, mengajak siswa untuk menyelami  buku yang terpilih dan biarkan siswa mendapatkan nilai-nilai dan poin penting yang  bisa diambil,  memberikan kesadaran bahwa masalah bisa diselesaikan dengan mengambil pelajaran dari buku yang dipilih.

Dalam biblioterapi seorang pustakawan hendaknya bisa memilah dan memilih buku apa yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Sebagai contoh, jika mendapati seorang siswa yang memiliki masalah insecure dengan fisiknya maka kita bisa memilihkan buku biografi orang sukses dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya. 

Buku fiksi bisa juga dijadikan sumber untuk penanganan masalah dengan teknik biblioterapi ini. Pustakawan memilih buku fiksi yang memiliki kisah dan karakter tokoh yang mirip siswa bermasalah. Buku fiksi tersebut mempunyai kata kunci yang bisa membantu menyelesaikan masalah. Begitu pula dengan buku puisi bisa pula dijadikan bahan biblioterapi. 

Dalam pelaksanaan biblioterapi pustakawan perlu melihat sejarah kronologis membaca siswa. Hal ini diartikan sebagai adanya penyesuaian dengan tingkat kemampuan membaca siswa. Pustakawan perlu mengidentifikasi siswa yang bersangkutan apakah sudah terbiasa membaca buku-buku berat atau masih ada di tahap membaca buku-buku ringan. Selain itu juga perlu disesuaikan dengan tipe belajarnya. Seorang siswa yang lebih suka mendengarkan tentu akan lebih efektif jika pustakawan membacakan bagian-bagian penting dari buku tersebut. Intinya adalah pustakawan hendaknya mengetahui bagaimana sumber koleksi tersebut digunakan dengan tepat.

Secara tidak langsung ada sebuah korelasi diantara teknik biblioterapi dengan prestasi akademik. Biblioterapi berdampak positif terhadap prestasi akademik siswa. Dengan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi siswa akan berdampak pada ketenangan jiwa dan tingkat kebahagiaan  meningkat sehingga menjadi modal dasar untuk bisa belajar dengan lebih fokus dan lebih bersemangat. Dengan metode biblioterapi, buku bisa mengubah perilaku dan pandangan hidup siswa menuju ke arah yang lebih baik.

Beberapa manfaat biblioterapi adalah:

  • Membantu siswa memiliki konsep diri dan pengembangan diri yang lebih baik
  • Membantu meningkatkan kesehatan mental
  • Meningkatkan kegemaran dan kecintaan terhadap membaca

Dengan demikian program biblioterapi memerlukan seorang pustakawa yang mempunyai jam terbang membaca tinggi. Hal ini diperlukan agar bisa memberikan buku yang tepat dan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh siswa. Selain itu juga memerlukan pustakawan yang paham tipe belajar siswa sehingga mereka bisa mendapatkan manfaat maksimal dari biblioterapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline