Lihat ke Halaman Asli

Eksperimen Hati

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagian 1

Jalanan gelap yang kususuri ini akhirnya menuju kepada suatu tempat yang umum disebut rumah. Ya rumahku yg sederhana yang sama dengan sebagian besar isi komplek ini. rumah sederhana yg sementara ini bisa kumiliki.

Bukan masalah besar atau kecil rumah yg kumiliki yg menjadikanku bersyukur atau tidak bersyukur,ada banyak hal lain didunia ini yg jika kta mampu menguraikan satu satu nikmat yg kta punya membuat kta menjadi manusia penuh syukur.

Sesaat sebelum ku masuki rumah ini ku ucapkan salam kepada siapapun yang dapat mendengarnya entah hanya bisa didengar oleh suamiku, anakku atau ibuku atau makhluk lain yg tidak jelas keberadaannya tapi kuyakin itu ada.

Lega rasanya setelah mengarungi aktifitas panjang seharian berjibaku dengan penatnya lalu lintas atau harus menahan perasaan saat kta sudah tidak nyaman pada suatu tempat atau kondisi tetapi kta belum bisa menjauh dari hal itu.

Kata “Syukur” “Bersyukur” “Mensyukuri” nikmat apapun itu baik nikmat kebahagiaan ataupun nikmat kesedihan selalu menjadi oase dalam pemikiranku dimana dunia ini bukan segalanya dan kta tidak akan berada disini selamanya.

Saat ku melihat putraku yg lucu tidur terlelap subhanallah hanya itu yg bisa kuucapkan kebahagiaan yg tidak pernah putus yg selalu datang menyejukkan keruhnya fikiran, dibatas ini aku selalu bersyukur smoga apa yg kusyukuri ini tidak menjadi berbatas agar ku bukan lah manusia kufur nikmat.

To Be Contnued




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline