Pemilu Presiden tahun 2014 merupakan pemilu terheboh, yang menarik perhatian masyarakat sangat luas dan menyedot energi sangat banyak. Kondisi masyarakat seakan terbelah dua antara pendukung Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.
Gesekan politik dirasakan sangat panas bukan saja di tingkat elite parpol dan tokoh politik, bahkan sampai ke tingkat masyarakat terkecil yang ikut-ikutan saling berdebat tentang calon presidennya. Salah satu perdebatan, dukung mendukung, ejek mengejek dan saling membully terjadi di media social facebook dan tweeter.
Ini pemilu yang paling melelahkan bahkan hingga pilpres selesai setelah pasangan Jokowi-JK menjadi pemenang Pilpres 2014. Buntut panjangnya terbentuknya dua kubu koalisi pengusung yaitu koalisi Merahputih dan koalisi Indonesia Hebat. Dan KMP berhasil merebut posisi strategis alat kelengkapan dewan dari mulai ketua DPR hingga ketua-ketua Komisi, ketua MPR dan jajarannya dikuasai oleh KMP.
Tarik ulur masih belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Perpecahan partai PPP dan Golkar yang berujung di pengadilan merupakan fakta perebutan panggung politik terus berlanjut. Dualisme kepemimpinan partai PPP dan Golkar adalah wujud eksistensi dua kubu koalisi KMP dan KIH yang saling berebut kekuatan untuk menguasai parlemen.
Suasana terbelah di masyarakat sudah hampir mencair dan berdamai. Kini masyarakat dihadapkan pada satu masalah bersama yaitu tidak stabilnya harga-harga akibat turun naiknya bahan bakar minyak. Masyarakat dalam kesulitan dan kebingungan, sementara para petinggi Negara dan para petinggi partai sibuk bertengkar berebut panggung kekuasaan.
Apakah ini sebuah kebetulan atau sebuah momentum yang diciptakan. Dua peristiwa politik terjadi hampir bersamaan yaitu pelantikan pengurus DPP Gerindra yang selang satu hari dengan kongres IV PDIP di Sanur Bali, 09/04/15. Dari kedua momen itu masih terasakan ada dua kekuatan elit partai yang berseteru antara pemenang dan pecundang.
Rakyat bisa melihat dan memahami dua kubu elite parpol itu saling berebut opini dan propaganda. Bagaimana kita melihat di acara-acara KMP dan KIH, salah satunya di pelantikan DPP Gerindra hadir tokoh-tokoh seperti Amien Rais, ARB, Akbar Tanjung, Anies Mata, Hidayat Nurwahid, dan lain-lainnya. Begitu juga di KIH selalu Nampak solid seperti Surya Paloh, Wiranto, Muhaimin, Sutiyoso, Megawati dan lain-lainnya.
Prabowo Subianto dalam pidato politiknya menegaskan bahwa KMP tetap solid dan kehadirannya sangat ditakuti banyak pihak, terbukti orang-orang selalu bertanya kepada beliau baik dari dalam negeri maupun luar negeri apakah KMP solid? Ini merupakan jawaban kepada public dan menyatakan sikap bahwa KMP masih ada. Terlepas ada dan tidak adanya KMP yang jelas perebutan panggung politik ini belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir.
Dan Kongres PDIP IV di Sanur Bali menjawab serangan KMP yang dihadiri tokoh-tokoh KIH. Megawati dalam pidato politiknya memantapkan kiprah PDIP sebagai pemenang Pemilu, bagaimana Indonesia menjadi kekuatan dunia dengan terselenggaranya Konfrensi Asia-Afrika yang melahirkan Dasasila Bandung disaat dunia terbelah dua antara blok barat dan blok timur.
Gagasan revolusi mental yang dicetuskan Presiden Soekarno tahun 1957 menjadi inspirasi gerakan perjuangan PDIP dan pemerintahan Jokowi-JK. Megawati menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi tangan-tangan gelap yang ingin menyalib di tikungan. Megawati dengan halus menyinggung lawan-lawan politiknya bagaimana dirinya melakukan revolusi kesabaran sejak terjun ke politik dan menjadi anggota partai sampai berdirinya PDIP dan sepuluh tahun terakhir bersabar berada di luar kekuasaan.
Ini menegaskan kepada KMP untuk bersabar berada di luar kekuasaan, dengan tidak perlu melakukan makar atau ingin menjatuhkan pemerintahan yang syah. Tafsir terhadap pidato politik Megawati ini semoga tidak berlebihan, dan Megawati ingin menegaskan dan memberi peringatan kepada orang-orang yang mencoba menusuk dirinya dari belakang. Pidato Megawati yang tergolong lancar dan puitis ini meyakinkan kepada public bahwa Pemerintahan Jokowi-Jk bisa tegas terhadap kekuatan asing dengan meninjau kontrak-kontrak baru yang berpihak pada rakyat.
Semua peristiwa politik itu apa pentingnya bagi rakyat? Rakyat tidak membutuhkan KMP yang pecundang dan pelan-pelan meminta mencuri simpati rakyat. Dan rakyat tidak membutuhkan KIH yang mencuri kemenangan rakyat. Rakyat membutuhkan parlemen, presiden, penegak hukum yang membela kepentingan rakyat, tapi sayang harapan itu hanya ada dalam mimpi.
Garut, April 2015
Cha ‘Azami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H