Lihat ke Halaman Asli

Golkar, Mencari Kursi Empuk Pemerintahan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasti sekarang ini banyak orang kebingungan dalam menentukan pilihan untuk calon presiden Indonesia periode 2014-2019. Ketika serangan media yang begitu masif pada tiap pasangan, dan informasi yang diputarbalikkan untuk membangun opini sehingga menguntungkan salah satu pihak. Ironisnya banyak isu SARA yang diangkat untuk menjatuhkan bukan malah visi misi sang kadidat tentang bagaimana membawa bangsa ini kedepan.

Topik terhangat di dua hari terakhir ini tentunya adalah pendaftaran bakal capres dan cawapres yang hari ini akan memasuki masa akhir. Bukan proses pendaftaraanya saja melainkan isu hangat terkait koalisi pengusung, ibarat proses jual beli maka tawar menawar seakan tiada akhirnya di hari-hari terakhir sebelum batas penentuan.

Yang menarik adalah gerilya Golkar mencari kawan sekutu, setelah capres asli yang diusung tak menunjukkan elektabilitas yang memadai. Sempat muncul kabar koalisi “Helikopter” melawan koalisi “kerakyatan”, dimana menunjukkan kecanggungan Golkar saat akan menentukan kubu antara PDIP ataukah Gerindra. Setelah pada periode awal proses yang intens pendekatan Golkar ke Gerindra, tiba-tiba mereka mengalihkan wajah ke PDIP, bahkan beberapa kali sang ketua Abu Rizal Bakrie datang langsung ke markas PDIP.

Namun ternyata itu semua menjadi senyap dan dukungan Golkar pun beralih ke Prabowo-Hatta yang diusung Gerindra. Melihat kejuatan diakhir ini membuat orang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, sekalipun Jokowi mengambil Jusuf Kalla yang notabene adalah kader terbaik sekaligus mantan ketua umum Golkar namun mereka tak memberikan dukungan kepada pasangan tersebut.

Maka menjadi sangat mudah dicerna olah kalangan pemerhati politik hingga obrolan warung kopi bahwa negosiasi ini hanyalah transaksi bagi-bagi jatah. Dan terbukti seketika ketika deklarasi dukungan Golkar, Prabowo tak sungkan menyebutkan bahwa ARB akan dijadikan menteri utama dalam kabinet yang akan memegang operasional pemerintahan.

Jika melihat pernyataan Jokowi pada kompas siang ini “Mereka (Golkar) banyak permintaan”, apakah ini yang menyebabkan begitu uletnya negosiasi akhir antara Golkar dan PDIP. Jokowi mengaku menyayangkan langkah partai berlambang beringin itu. Padahal, sejak awal dia sudah menyatakan bahwa kerja sama politik setelah pemilu legislatif yang digalang partainya tak akan membahas soal bagi-bagi kursi, baik menteri maupun bakal calon wakil presiden.

Jika benar yang ditawarkan PDIP memang tak ada power sharing maka benarlah kekecewaan Golkar, sehingga melabuhkan dukungan mereka pada poros Prabowo yang jelas menawarkan posisi empuk di pemerintahan kedepan.

Putra Bumi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline