Lihat ke Halaman Asli

Mempertahankan Golput

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak lama lagi negeri ini akan melangsungkan Pemilu ( pemilihan umum ) entah untuk yang ke berapa kalinya, tetapi setiap dia datang kita ( masyarakat ) seakan-akan selalu ada harapan bahwa pemimpin yang dihasilkan oleh Pemilu saat ini  lebih baik dari sebelumnya. Namun malangnya tidak ada presiden yang lebih baik dibandingkan dengan presiden pertama Republik ini, mungkin juga badan konstituante zaman Bung Karno jauh lebih baik kualitasnya dengan para caleg kita saat ini.

Setiap Pemilu datang ibarat seorang lelaki gagah yang wangi dan cerdas memberi harapan kepada seorang anak gadis kembang desa. Sang gadis tunduk tersipu malu seraya berharap pada lelaki itu. Sayangnya lelaki itu ternyata cuma PHP ( pemberi harapan palsu ) bahasa anak sekarang. Setiap musim Pemilu datang rakyat berbondong-bondong bak anak domba digiring ke masing-masing kandang tanpa tahu apa-apa.

Pemilu adalah PHP bagi rakyat itu sebabnya mengapa angka GOLPUT meningkat dari pemilu ke pemilu. Setiap pemimpin baru terpilih yang senang ( dilayani ) hanya teman dan kelompoknya. manakala yang lainnya terpinggirkan karena sibuk melakukan pencitraan. Pemilu yang diagung-agungkan dalam sistem demokrasi tak ayalnya meja judi dimana kita mempertaruhkan nasib sendiri bersama orang-orang yang bahkan tidak kita kenal. mereka ( caleg ) hanya datang ketika musim kampanye datang dengan segala rayuan gombal khas lelaki PHP merayu rakyat agar memilih mereka dengan cara memberikan imbalan bermacam-macam mulai dari uang, sembako, sarung, dan lain-lain. Dalihnya ini adalah ongkos politik, bla bla bla.

Sebagai gantinya mereka ( caleg ) akan menjual apa saja yang ada di bumi Indonesia sebagai ganti modal yang habis ketika musim kampanye. Saya tidak menafikan ada dari mereka ( caleg atau aleg ) yang berhati mulia tetapi saya sangat meragukan keberanian dan ketahanan mereka untuk melawan sistem korup yang sudah merajalela di negeri ini.

Golput adalah sebuah jalan politik, setidaknya ada dua alasan kuat mengapa kita  (saya) mempertahankan  GOLPUT.

1. Golput merupakan suatu sikap perlawanan orang-orang lemah  atas sistem yang ada saat ini. Rakyat berhak untuk mendapatkan keadilan yang gagal di hadirkan oleh Demokrasi. Golput adalah sebuah manifestasi dari non-violent protest ( unjuk rasa tanpa kekerasan ) dengan harapan agar mereka ( Caleg dan aleg ) sadar bahwa tidak ada satu orangpun dibelakang para pemimpin yang culas, korup dan jahat.

2. Logika yang membenarkan bahwa hanya rakyat yang memilih saja (mengikuti PEMILU ) yang berhak untuk mengkritik para Pemimpin adalah salah, sebab ketika anda memilih   berpihak pada seseorang CALEG maka konsekwensinya anda harus mempertahankan dan bertanggung jawab atas kelakuan CALEG tersebut. anda tidak boleh mengkritiknya sebab andalah yang memilih mereka pada awalnya. bagaimana mungkin kita yang menyanjungnya kemudian kita pula yang menjatuhkannya. sungguh itu merupakan sikap yang bertolak belakang. justru yang berhak mengkritik adalah mereka yang masih ragu akan kualitas CALEG tersebut. Hal ini kita dapati di setiap pemilu dimana rakyat tidak kenal kepada yang konon akan menjadi wakilnya di dewan yang terhormat. Saya yakin mungkin lebih dari 70 % masyarakat Indonesia yang sama sekali tidak kenal dengan para CALEG tersebut. yang paling anehnya kita rakyat diminta ( disuruh) untuk coba pro-aktif mengenal CALEG-caleg. padahal urusan pemilu adalah urusan ke 113, sebab yang utama bagi rakyat bukan siapa pemimpinnya, bukan apa partainya, bukan siapa orangnya tetapi bagaimana Keadilan bisa ditegakkan sehingga bisa memakmurkan rakyat.

dari dua alasan ini cukup kiranya untuk saya memberanikan diri untuk MEMPERTAHANKAN GOLPUT.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline