Once upon a time...
Beberapa waktu lalu, ayah teman saya terima resep dari dokter berupa propranolol dan captopril untuk terapi hipertensinya, Tidak lama setelah itu, ayahnya mendapatkan efek samping berupa sesak napas. Kok bisa ya??
Ketika sedang ngobrol-ngobrol santai pada waktu itu, teman saya memang belum sempat menyampaikan dosis yang didapat ayahnya dari dokter. Tapi, data berupa kedua obat yang digunakan tersebut sepertinya sudah cukup menjelaskan kenapa bisa terjadi efek samping berupa sesak napas.
Sesak napas yang terjadi pada ayah teman saya sebenarnya karena obat propranolol. Propranolol sendiri adalah obat yang memiliki mekanisme yaitu memblok secara nonselektif beta-adrenergik.
"Apa sih beta-adrenergik itu?"
Istilah tersebut merupakan reseptor yang terdapat pada saraf simpatis adrenergik. Saraf simpatis adrenergik adalah saraf yang membutuhkan adrenalin/epinefrin untuk teraktivasi. Saraf ini terletak pada otot polos vaskular, ujung saraf simpatis postganglion, otot jantung, otot uterus, dan otot polos paru-paru.
Beta-adrenergik, untuk beta1 terletak pada otot jantung dan untuk beta2 pada otot uterus, otot polos paru-paru, serta otot polos pada sistem rangka manusia. Ketika reseptor beta1 dirangsang, maka yang terjadi adalah kontraktilitas jantung meningkat, sehingga denyut jantung meningkat. Sedangkan ketika reseptor beta2 dirangsang, yang terjadi adalah bronkodilatasi dan relaksasi pada rahim (uterus).
"Apa jadinya kalau reseptor-reseptor itu dihambat?"
Yang terjadi adalah kebalikannya.
Apabila beta1 dihambat oleh propranolol, maka yang terjadi adalah penurunan kontraktilitas jantung, sehingga menurunkan denyut jantung. Sedangkan ketika beta2 dihambat, yang terjadi adalah bronkokonstriksi dan kontraksi rahim. Nah, inilah yang menyebabkan ayah teman saya mendapatkan efek berupa sesak napas karena bronkokonstriksi sehingga pasien kesulitan bernapas.
"Lalu? Solusinya apa?"