Entah bagai mana seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia menyikapi tradisi mudik lebaran yang biasa terjadi setahun sekali ini. Apakah kita harus bangga dengan tradisi mudik lebaran yang selalu berlangsung meriah dan disambut dengan penuh antusiasme di negeri kita ini atau bahkah sebaliknya merasa prihatin ? [caption id="" align="alignleft" width="259" caption="Berdesak-desakan ketika mudik lebaran menjadi pemandangan yang umum dijumpai di stasiun-stasiun."][/caption] Tradisi mudik lebaran memang telah sangat akrab dengan masyarakat Indonesia, banyak orang berbondong-bondong mudik dari kota-kota besar (tempat mereka mencari nafkah) menuju ke kampung halamannya masing-masing secara bersama-sama di waktu yang bersamaan pula. Akibatnya sudah bisa ditebak, arus lalu lintas menjadi macet, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas dan tindak kriminal. Pada waktu musim mudik tiba, seluruh sarana transfortasi baik itu darat, laut dan udara pasti akan ludes diserbu para pemudik. Mereka rela berdesak-desakan,antri berjam-jam atau bahkan membayar biaya yang tidak sedikit hanya supaya bisa mudik ke kempung halaman mereka dan bisa berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman ketika hari nan fitri (hari raya Idul Fitri) tiba. Uniknya kemeriahan tradisi mudik lebaran seperti itu hanya ada di Indonesia. Dengan kata lain kita tidak akan menjumpai tradisi mudik lebaran semeriah di Indonesia meskipun banyak negara khususnya negara-negara islam seperti Malaysia, Arab Saudi dan Iran, yang warga negaranya juga merayakan hari raya Idul Fitri. Bahkan di negara Arab Saudi yang notabene negara tempat kiblat umat muslim berada, Hari raya Idul Fitri disikapi dengan kondisi yang biasa-biasa saja. Tidak ada tradisi khusus dalam menyambut hari Raya Idul Fitri khususnya tradisi mudik lebaran. Bisa dibilang kemeriahan hari Raya Idul Fitri di sana tidak semeriah ketika hari Raya Haji. Namun berbeda dengan di Indonesia, setiap lebaran tiba warga Indonesia akan sangat sibuk. Mulai dari mudik lebaran, membeli baju lebaran, membuat kue-kue lebaran, menyiapkan ampau buat saudara-saudara dan ritual keagamaan lainnya seperti Jiarah kubur dll. Khusus bagiku, lebaran kali ini terasa sangat spesial sekali. Mengapa sangat sepesial? Ya..karena lebaran kali ini adalah lebaran pertamaku merasakan mudik ke kampung halaman. Sudah hampir 8 bulan ini aku bekerja dan menetap di Jakarta, keinginan untuk merasakan sendiri pengalaman mudik lebaran menjadi salah satu alasan mengapa aku memilih bekerja di luar kotaku sendiri. Ya aku berasal dari sebuah desa kecil bernama Karanganyar yang berada di daerah cililin kabupaten Bandung Barat. Meskipun kota Bandung lebih dekat dengan kampung halamanku tapi aku lebih memilih Jakarta sebagai kota tempatku mencari nafkah. Hari ini sudah menginjak H-5, namun aku masih harus masuk kerja. Rasa rindu kepada keluarga dan kampung halamanpun semakin menggebu-gebu, akibatnya bekerjapun tidak konsen. Namun aku harus bersabar menunggu sekitar satu hari lagi sebelum akhirnya libur kerja dan bisa mudik. Sudah terbayang dibenakku bagaimana situasi jalan raya ketika aku mudik nanti, pasti padat dengan berbagai jenis kendaraan., namun hal tersebut tidak menyurutkan niatku untuk segera mudik lebaran ke kampung halaman. Pasalnya aku telah lama tidak berkumpul dengan keluargaku dan ini merupakan momentum yang tepat untuk mencurahkan rasa rinduku pada mereka. Oleh karena sebelum berangkat mudik, tidak lupa aku menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh untuk keluargaku di kampung. Wahhhhh Jadi gak sabar nich pengen cepet-cepet mudik. Inilah enaknya jadi warga negara Indonesia, banyak tradisi yang unik pada masyarakatnya termasuk tradisi Mudik Lebaran, Tradisi Unik Asli Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H