Ormas Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) akan melaksanakan Konggres ke X yang bertajuk : Kebangkitan Kembali Eksistensi GPM di Bali 5-7 November 2021. Didukung penuh oleh jajaran pimpinan DPR diwakili Bambang Soesatyo, dan Ketua DPD-RI La Nyalla Mattalitti.
GPM yang dibangkitkan kembali di bulan November 2019 setelah lama vakum semenjak 1998 saat Rahmawati Soekarnoputri mengambil alih Ketua Umum menghadapi banyak persoalan manajemen organisasi. GPM 2019 di bawah kepemimpinan Ketua Umum Caretaker Heri Satmoko, oleh banyak tokoh Marhaenis dianggap gagal merapatkan barisan Nasionalis militan.
Pembentukan DPD dan DPC yang sarat bongkar pasang menjadi awal kontroversi kepengurusan. Tidak sedikit DPD dan DPC yang kecolongan dijabat justru bukan dari kader Nasionalis Marhaenis. Keputusan DPP GPM menyingkirkan anggota senior GPM semasa kepemimpinan Rahmawati Soekarnoputri semakin menambah runyam Garda Soekarno yang sedang mencoba bangkit.
Yang terakhir pada bulan Juni 2021 Ketua Umum GPM Caretaker Heri Satmoko sukses memecat 4 orang Dewan Pembinanya sendiri. 4 tokoh yang ikut berperan penting mendeklarasikan kebangkitan 2019 dikeluarkan dengan alasan menghambat kinerja DPP.
Inikah yang disebut semangat merapikan barisan? Apakah bukan malah memecah belah barisan? Mereka yang korban bongkar pasang dan pemecatan oleh Ketua Umumnya dikelompokkan dengan memberinya label barisan sakit hati?
DPP GPM yang kebelet Konggres untuk mengesahkan status caretaker menjadi definitif menelan banyak korban. Mereka bukan siapa-siapa, mereka juga satu barisan perjuangan yang berani dikorbankan untuk kepentingan Konggres.
Moment Konggres yang seharusnya bisa menyatukan, justru sebaliknya. Memecah belah, menciptakan lawan di lingkaran ikatan Ideologi sendiri. Berburuk sangka kepada kawan sendiri, arogan pada pendirian sendiri.
Inilah bahayanya sebuah dugaan yang dilandasi egosentris. Bagaimana seorang Ahok dipenjara hanya karena diduga menistakan agama. Atau Jokowi yang dituntut turun hanya karena disangka menyengsarakan rakyat.
Analogi di atas bisa juga disematkan kepada Ketua Umum Caretaker Heri Satmoko. Hanya bermodal dugaan dan prasangka bisa menyingkirkan orang orang yang tidak disukainya dengan mengatas namakan organisasi.
Jadi tidak ada yang salah kalau akhirnya kita juga menduga acara Konggres DPP GPM 2019 sudah laku "dijual" ke Bamsoet dan La Nyalla Mattalitti? Pertemuan mereka yang diekspose luas oleh media jadi simbol kesepakatan bawah tangan.