Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Muttaqin

IG: @bukutaqin

[Ulasan Buku] "Laut Bercerita", tentang Perjuangan, Keluarga, dan Cinta

Diperbarui: 13 November 2021   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampul buku/Dokumen pribadi

Sudah lama saya menahan diri agar tidak membaca buku ini, Laut Bercerita. Aktivitas yang sering memperhatikan informasi literasi sebenarnya membuat saya tahu kabar terbit pertamannya. 

Namun, sejak saat itu (2017) saya memalingkan mata, melihat buku-buku lain untuk dibaca. Juga mengajukan buku-buku lain untuk didiskusikan bersama sahabat. 

Alasannya  sederhana, karena isi Laut Bercerita tentang pergerakan aktivis. Tentang gejolak pergerakan yang ada di tahun 1998. 

Saya sempat berpikir tidak cocok dengan apapun yang berbau politik. Politik itu penuh dengan hal-hal yang mengecewakan. Bahkan tidak jarang politik merugikan orang lain.

Namun setelah beberapa waktu, persepsi saya kian berubah. Membaca buku tentang politik bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Minggu, 9 Mei lalu buku ini saya baca tuntas. Tidak lama saya melahap narasi yang jumlahnya 380 halaman. Hanya tujuh hari sejak pertama membukanya. 

Sedangkan mengenai Isinya, tentang pergerakan aktivis 1998, persis. Penuh poltik yang semaunya sendiri seperti yang saya pikirkan. Laut, Anjani, Kinan, Alex, Bram, Asmara, yang selalu membangkang dan menuntut pemerintah. 

Melakukan aksi yang bertentangan dengan aturan. Mencetak barang-barang terlarang. Kejar-kejaran dengan aparat. 

Kedua pihak (aktivis dan pemerintah) bahkan sama-sama egois. Lebih parahnya, tidak jarang terjadi kekacauan, penculikan, bahkan penyiksaan. Kebencian pada pemerintah (dalam artian sesungguhnya) juga menjadi hal biasa di sini.

Buku ini mengerikan, tentu. Hanya saja ada yang luput dari bayangan saya. Belum lama hal itu saya ketahui setelah membacanya. Yaitu saya benar-benar salah sangka pada buku seperti ini. Saya kira kengerian yang digambarkan pada buku dan film itu sama. 

Mulanya saya sering membayangkan sesuatu dengan mengumpamakannya seperti menonton film. Dengan cara itu saya lebih mudah memahami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline