Lihat ke Halaman Asli

“Menggarami Burung Terbang”

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[drom.mobi] Tidur, Cintaku, tidurlah tenang. Ingin kubisikkan ke mimpimu kisah dari seserpih waktu, tentang sebuah dusun yang dijiwai puisi sesuntuk hari. Bayangkan dirimu berbaring telentang di tanah lapang, di atas rerumputan, tengadah ke bintang-bintang. Pandangilah seksama serakan merjan nun jauh di angkasa kelam, tatap dan jangan dulu mengerjap, biarkan serbuk cahayanya mengendap di genangan malam, mengendap ke matamu yang menyimpan kilau danau berpalung dalam, lalu katupkan pelupukmu perlahan. Biarkan bencah-bencah cahaya itu menyelindap bagai kenangan, meresap ke serat-serat sanubari dan bemerkahan sebagai kelopak-kelopak mimpi. Suatu waktu nanti, ketika aku dan kau sudah tak ada lagi, kisah yang kusampaikan padamu ini akan tinggal abadi. Gemanya akan terus ditimang angkasa yang tenang, lalu kata demi kata akan turun dengan setiap pundi embun, disaring halimun, diresapkan ke daun-daun, dan terajut pada setiap helai lumut. Dan manakala kisaran sang waktu sampai di satu noktah, di mana bertemu awal dan akhir langkah, kisah ini akan bersemi kembali, kelak ditemu anak-cucu dalam bentuknya yang baru. Dan akan selalu begitu, Cintaku. Selalu. Reviews : Menggarami Burung Terbang (Seasoning the Flying Bird): “Novel ini menggambarkan siklus hidup orang Jawa,mulai dari kelahiran sampai kematian serta ritus yang dilewati.Gambaran siklus tersebut kemudian dirangkai sedemikian rupa dengan unsur-unsur dalam budaya Jawa. Selain itu juga diungkapkan kosmologi jawa dengan menempatkan situasi politik sebelum dan sesudah tahun 1966 sebagai unsur kekinian latar cerita. …Yang juga menarik dari novel ini adalah alur cerita yang dibuat berputar. Tokoh-tokoh cerita acapkali muncul tak terduga dan penuh kejutan.”

-Kompas-

About The Author : Sitok Srengenge was born 22 August 1965 in Dorolegi, a farming village in Central Java with strong oral tradition. He is a highly acclaimed poet, writer, editor; he also serves as Literature and Theatre Curator at the Utan Kayu Arts Center in Jakarta as well as a member of the editorial board of the cultural jurnal Kalam. Currently, as Theatre Curator & Gallery Manager at Salihara Community. Sitok has published a number of books, including his collections of poetry Persetubuhan Liar (Wild Coupling), Anak Jadah (Bartard), Nonsens (Nonsense); Ambrosia; and his novel Menggarami Burung Terbang (Seasoning the Flying Bird) In 2000, Sitok was cited by Asiaweek magazine as one of twenty “leader for the Millenniun in society and culture” in Asia. In 2001, he took part in the International Writing Program in University of Iowa, USA. He keeps writing poetry and fiction, while managing his own publishing house, KataKita.

Read more...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline