Lihat ke Halaman Asli

Berpuasa yang Berimbas Pada Bangunan Karakter

Diperbarui: 26 Mei 2017   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gerbang Romadhon telah terbuka, dan kita umat Islam ini adalah umat yang akan melaluinya. Mulai esok hari kita akan menjalankan salah satu agenda ibadah di bulan suci Romadhon. Agenda tersebut adalah melaksanakan ibadah puasa wajib bagi umat Islam. Dalam beribadah di bulan Romadhon tahun ini, target apa yang akan kita raih? Pengalaman apa yang harus kita dapati dari sekian hari kita laksanakan puasa nanti? Sayang seribu sayang apabila kita hanya mengalami rasa lapar dan haus tanpa memiliki iplikasi perubahan terhadap karakter diri kita. Oleh karenanya perlu ada target dari apa yang kita alami didalam ibadah puasa ini. Paling tidak ada empat hal pengalaman yang dapat memberi kontribusi terhadap perubaha karakter diri dari kualitas puasa yang kita alami. Diantaranya adalah:

Pertama, Pengendalian diri.

Puasa itu adalah merupakan latihan yang nyata agar manusia dapat menahan diri atau dapat mengendalikan diri. Hidup terkendali adalah hidup yang mampu meninggalkan larangan-larangan Allah dan mampu melaksanakan perintah Allah. Hidup seperti itu adalah hidup dengan ketakwaan kepada Allah, dan itulah tujuan melaksanakan ibadah puasa, sebagaimana firman Allah”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”,( qs AL-Baqoroh: 183)

Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa, pada bulan puasa pintu sorga dibuka, pintu neraka ditutup dan iblis serta setan dirantai atau dibelenggu. Iblis adalah kekuatan diri sendiri yang membuat orang putus asa dari rahmat Allah, sedangkan setan adalah kekuatan pada orang atau benda lain yang selalu berusaha menjauhkan diri kita dari Allah. Baik iblis maupun setan keduanya dapat dibelenggu dengan menjalankan puasa dan ketakwaan. Itulah sebabnya maka pintu sorga dengan perbuatan baik terbuka, dan pintu neraka dengan perbuatan baik tertutup dihadapan orang yang berpuasa.

Kedua, Bersyukur kepada Allah

Orang yang melaksanakan puasa dengan sungguh-sungguh, akan menambah syukurnya kepada Allah. Berpuasa itu merupakan tindakan menahan diri atau berpantang. Bukan hanya menahan diri atau mencegah makan dan minum saja, akan tetapi juga perlu merasakan lapar dan menahan lapar, perlu merasakan haus dan menahan haus.

Kelaparan dan kehausan yang membuat orang lemah yang dirasakan sejak matahari terbit sampai matahari terbenam tersebut akan berakhir pada saat berbuka puasa.

Pada saat berbuka puasa dengan diawali minum air yang manis dan segar, maka secara reflek dan rasa penuh syukur kepada Allah akan terlontar ucapan Al Hamdulillahi RRobil ‘alamin.

Pada saat berbuka puasa itu kita merasa betapa nikmat rizki dari Allah. Perasaan syukur kepada Allah dan pengakuan kita akan banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada kita tersebut, tidak sebatas pada saat berbuka puasa, tetapi rasa syukur kita kepada Allah itu harus tetap terkonsolidasikan setiap hari, bahkan setiap saat. Mungkin kelaparan dan kehausan seperti itu tidak menimpa kita disetiap hari, karena mungkin secara ekonomi kehidupan kita tercukupi.

Kenyataan ini adalah merupakan sesuatu nikmat yang harus kita syukuri, sebab dengan bersyukur maka Allah akan menambah nikmat kepada kita, sebagaimana firmanya"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS Ibrahim: 7)

Ketiga, Kepedulian sosial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline