Kebebasan Dalam Berpendapat
Nama Penulis : Ahmad Roji Bukoting
Akhir-akhir ini menjadi sebuah polemik indonesia dan israel, bahkan menjadi sorotan dunia termasuk fifa dunia. Insiden ini bukan baru pertama kali terjadi dalam ajang olahraga tetapi, pernah terjadi sejak orde lama atau dimasa pemerintahan Soekarno. Indonesia berada dalam posisi dilematis keinginan untuk memprioritaskan satu pilhan menjadi penentu nasib bangsa kedepan. "Maju kena dan mundur juga kena."
Beberapa elite lokal berasumsi menolak kedatangan israel di indonesia karena adanya konstitusi yang menjelaskan dalam pembukaan UUD 1945 dalam alinea 1 dan 4. Berarti mau tidak mau harus berkomitmen berpegang teguh dalam prinsip konstitusi di negara ini. Namun, kelompok lain menerima kedatangan israel di indonesia dengan asumsi jangan campuradukan politik dengan olahraga.
Artinya olahraga itu adalah sebuah pesta kegembiraan dalam menggali potensi bakat bagi anak-anak bangsa. Jadi tidak masalah kalau israel datang di indonesia sebab, mereka datang bukan berperang tetapi datang sesuai prosedur Fifa dunia.
Memang selama ini kan, sudah jelas dalam supermasi tertinggi kita menjelaskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 1 bahwa, segala penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, kemudian ditegaskan dalam alinea 4 menjelaskan juga bahwa ikut adil dalam perdamaian dunia.
Sampai saat ini dari era presiden soekarno indonesia dan israel tidak mempunyai hubungan diplomatik.
Ada satu alasan yg diungkapkan soekarno tidak menjalin hubungan diplomatik. Yaitu Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel. Intinya kita harus pada konsitutusi sumpermasi tertinggi di negara ini.
Dan mengapa indonesia yang sudah tau konsekuensinya tetapi mereka sepakat menjadi tuan rumah, dan ujung" merugikan banyak pihak salah satunya ajang olahrga yg seharusnya menjadi generasi yg dibanggakan tetapi lenyap karena didiskualifikasikan sbg tuan rumah karna alasan israel yg akan datang dan bermain. Jangan-jangan ada unsur kepentingan politik dari PDIP-P untuk meraih suara dengan pendekatan basis islam. Tahun ini memang bisa dikatakan sebagai tahun politik, banyak cara yang dilakukan oleh para elite.
Pemilu selangkah lagi kian mendekat tetapi tidak memikirkan pihak yg dirugikan. Kalo sudah jelas begini kosekuensinya mendingan jangan jadi tuan rumah sejak awal. Tapi ini malah justru sepakat sebagai tuan rumah tapi ujung" nya stagnan.
Untuk solusinya saya rasa, indonesia harusnya tetap menerima israel datang. Karena ini menjadi satu potensi yang besar untuk membangun kemajuan olahraga kita termasuk dalam ajang sepak bola. Semua ini harus ada catatan untuk bisa menerima dengan syarat tanpa mengibarkan bendera israel dan membunyikan lagu kebangsaan israel saat bertanding.
Jika menolak kedatangan negara lain sama saja mengakui keberadaan negara tersebut, seharusnya biarkan mereka datang dan tujukkan kepada mereka bahwa indonesia adalah negara yang besar konsisten atas penjajahan palestina. Buat palestina serasa bermain di negeri sendiri.