Lihat ke Halaman Asli

Pagi

Diperbarui: 20 November 2015   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Senyum mentari menyembul hangat mengiringi pagi. Entah sudah berapa ratus hari tak lagi kudengar kicau burung serta dedaunan menari, namun hidungku masih akrab dengan aroma sejuk pagi yang tak pernah berganti.

Suara pagi

Orang orang bercerita

Anak kecil berlari

Sapa ramah para tetangga

Nyaris tak ada yang berubah. Hanya tawamu di telepon terdengar tawar sesaat setelah aku berkata kaulah orang kedua yang selalu kutanyakan kabar saat mataku mulai terbuka setelah terpejam dibuai malam.

"Ada beberapa peristiwa yang membuatku ragu, bahkan mungkin akan membakar menjadi cemburu"

Tut tut...

Gagang telepon masih tergenggam erat di tangan kiriku. Otakku mencoba memutar ulang kata kata terakhirmu. 

"Harus dengan apa aku meyakinkannya...?"

Kutulis sederet kata kata berisi pengharapan. Kutitipkan kepada hamparan mega yang berarak pelan meninggalkan birunya awan. Aku masih di sini, masih berkutat dengan suasana pagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline