Lihat ke Halaman Asli

Detak detik

Diperbarui: 14 November 2015   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="gambar facebook pribadi"][/caption]Detak detik terasa terhenti, melodi kenangan berderak patah lalu lenyap, senyap yang merayap menyelinap tanpa pesan. Senyuman pagi di akhir tahun meratap, terhempas badai perasaan yang membuncah kalap. Kaupun berlalu membawa serta ketiadaan yang sudah tiada. Bilakah waktu akan kembali menemani dengan kesendiriannya? Tanya bertanya sepi tak terjawab.

Detak detik tak lagi secepat saat kau di sini, duduk di bangku tua yang lapuk termakan zaman. Selaksa syair berirama kasih sayang tak lagi terdengar merdu menghiasi kosongnya dinding tempat kita berlindung dari badai. Haruskah perpisahan datang lebih awal? Tanya bertanya sepi tak terjawab.

Lembar lembar kitab yang terbuka oleh tiupan angin malam seperti sang pembawa pesan, ia hanya terdiam dengan tatapan enggan. Satu kata dua kata tak kunjung tertuang dalam penantian sebuah jawaban.

Detak detik lamban berpindah dari satu titik ke titik terdekat. Meniadakan harap yang sudah tergulung senyap sejak aroma kisah ini hilang terserap. Ruangan tempat kita berteduh melonggarkan sekatnya, memetakkan jarak semakin jauh.

Detak detikpun terhenti...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline