kecuali bila aku mampu menahan geletar kemarahan yang pasti membikin bumi-bumi kita terhentak. kuyakinkan dirimu pun juga merasa rikuh dengan segala yang kusilapkan pada monitor-monitor kenangku. karena seluruh rasaku adalah pisau. menyayat-nyayat senyummu pada berbagai masa. letihlah. ku coba letihkan tawamu. tersebab ku selalu memulai berbagai aroma cinta dengan kusematkan selarik pisau. pada balai-balai rindunya. ketahuilah, bahkan monologku ini cuma kekosongan. kau lihat. dan coba saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H