Lihat ke Halaman Asli

Ziarah Kubur yang Ternodai Kepentingan Pilpres 2019

Diperbarui: 27 Maret 2018   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau yang biasa dikenal dengan sebutan Cak Imin, tidak henti-hentinya terus melakukan manuver untuk mendapatkan perhatian dari Presiden Jokowi agar dijadikan pendampingnya di Pilpres 2019 mendatang.

Padahal, tokoh-tokoh lain yang diisukan akan menjadi cawapres Jokowi, tidak terlalu terbuka dan terang-terangan. Mereka malu-malu kucing untuk mengungkapkan keinginannya di depan publik. Berbeda dengan Cak Imin. Ia benar-benar begitu ambisius ingin menjadi pendamping Jokowi dan bahkan berbicara terang-terangan di berbagai media.

Dalam beberapa hari terakhir, Cak Imin melakukan rangkaian safari ziarah ke makam-makam tokoh nasional. Setidaknya, ada tiga makam tokoh nasional yang telah diziarahi Cak Imin belakangan ini. Makam Soekarno, Taufiq Kiemas dan KH. Idham Chalid dan makam Mang Aen, petani pencetus ideologi Marhaenisme yang kemudian dikembangkan oleh Soekarno.

Rmoljabar.com

Meski ada sebagian kalangan yang menolak, ziarah kubur merupakan warisan tradisi positif ulama salaf di kalangan santri nahdliyin. Selain berisi do'a, ziarah kubur sekaligus sebagai wujud merawat dan menghargai jasa-jasa ulama terdahulu.

Di kalangan umat Islam sendiri, praktek ziarah kubur hingga saat ini memang masih menuai kontroversi. Namun, bagi kalangan nahdliyyin, ziarah kubur sah-sah saja dilakukan sepanjang tidak melanggar norma agama yang berlaku. Seperti meminta-minta selain kepada Allah dan lain sebagainya.

dpp.pkb.or.id

Pertanyaannya, bagaimana jika praktek ziarah kubur yang dissyari'atkan Islam ini kemudian dinodai dan dinista demi kepentingan politik?

Meski secara eksplisit praktek ziarah kubur yang dilakukan Cak imin sepeti ziarah biasa layaknya kalangan NU lainnya, namun secara implisit maksud dari rangkaian ziarah kubur yang dilakukan Cak Imin tersebut, bukan tidak mungkin benar-benar dimaksudkan demi tujuan politik. Lebih tepatnya demi meraih simpati dan perhatian dari Jokowi agar dipilih menjadi Cawapres di Pilpres 2019 mendatang.

Ziarah kubur yang dilakukan Cak Imin jelas sangat berbeda dengan ziarah kubur yang seringkali dilakukan Gus Dur dulu. Ketika Gus Dur ditanya soal kebiasaannya ziarah kubur. Jawaban beliau sederhana: "Saya menziarahi mereka, karena saya meyakini bahwa mereka sudah tidak punya kepentingan lagi".

Jadi, jika Gus Dur menziarahi makam wali, ulama, dan para leluhurnya karena mereka tidak punya kepentingan, berbeda dengan Cak Imin, sebelum datang ke makam, sangat mencolok dan terlihat ia dipenuhi banyak kepentingan. Pakai batik merah, dan bahkan sampai menepuk batu nisan makam Taufiq Kiemas kemudian berkata.  "Pak Taufiq, saya izin jadi Cawapresnya Pak Jokowi,".

Sindonews.com

Sebagai tokoh panutan NU dan PKB, selayaknya Cak Imin tidak menodai ritual ziarah kubur yang telah menjadi kebiasaan warga NU. Lakukan saja lobi-lobi politik ke PDIP dan partai koalisi agar terpilih menjadi Cawapres Jokowi. Tidak elok jika ritual keagamaan tercemari oleh kepentingan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline