Lihat ke Halaman Asli

Bugi Kabul Sumirat

TERVERIFIKASI

author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

Gulali Merah Ramadan, Gulali Kenangan

Diperbarui: 19 April 2021   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gulali masa kini (dok: tagar.id)

Tahu gulali nggak? Ada yang mengenal makanan atau permen yang berbahan dasar gula pasir itu - yang disebut gulali? Anak sekarang mungkin juga sudah tidak terlalu mengenal jajanan anak-anak yang cukup populer di jaman saya kecil dulu. Kalaupun saya menemukan penjual jajanan permen gulali ini di jalan-jalan, tampilan permen gulali sekarangpun sudah berbeda jauh dengan permen gulali dalam kenangan saya itu.

Permen Gulali masa lalu hanya satu warna, merah saja, tidak ada warna lain. Walau kadang suka dimarahi orang tua kalau ingin membelinya, karena katanya dapat merusak gigi - maklum memang sesuai dengan namanya yaitu GULALI, boleh dikata bahan dasar pembuatnya ya hanya gula pasir saja yang dicampur dengan pewarna dan dipanaskan untuk kemudian dibentuk sebelum ia menjadi dingin menjadi bentuk-bentuk yang dikreasikan oleh si penjual. Bentuk-bentuk itulah yang menarik minat saya dan teman-teman saat masa kanak-kanak dulu.

Beberapa bentuk permen gulali yang saya ingat ada yang berbentuk: ayam jago, kapal selam, bunga mawar, dan lain-lain. Itu semua dibentuk dengan keterampilan tangan si penjual. Terkadang dalam membuat beraneka ragam permen gulali tersebut, si penjual menggunakan alat cetak, jadi tidak semata-mata bentukan tangan. Yang pasti, semua permen gulali tersebut harus dibentuk dalam keadaan panas atau hangatlah, si permen masih berbentuk setengah cair. Itulah mengapa adonan gulali dibawa oleh si penjual berkeliling dalam wadah dengan kompor yang menyala dengan api kecil di bawahnya. Si kompor kecil berfungsi menjaga adonan gulali agar tetap dalam bentuk setengah cair dan tidak menjadi beku - mengeras saat dingin. Membuatnyapun harus cepat agar tidak keburu si adonan cetakan menjadi dingin. Kalau sudah beku, bila ingin diutak-atik lagi, permen gulali tersebut bisa pecah, karena sudah berubah bentuk menjadi permen. 

Penjual Gulali yang dinanti (dok: bandungkita.id)

Karena adonan gula itu, orangtua saya melarang jajan gulali. Takut merusak gigi katanya. Pengecualian saat Ramadan, karena saat saya kanak-kanak itu bulan Ramadan sekolah libur satu bulan penuh (bukan karena covid-19 tapinya ya ;D), maka bila sedang bermain dengan teman-teman, yang lain beli, kok saya nggak gitu ya. Akhirnya pengecualianlah saat Ramadan dibolehkan jajan permen gulali. Itupun sangat dibatasi hanya boleh satu minggu satu kali. Diluar Ramadan, mau permen gulali? No way, man!

Tapi walaupun hanya dibolehkan satu minggu satu kali, tapi kenangan indahnya rasa permen gulali dan menikmati 'pertunjukkan' si penjual menciptakan kreasi bentuk-bentuk permen gulali - sambil jongkok nongkrong di depan si penjual, terbawa-bawa kenangannya hingga kini.

Masa kecil itu memang indah dan menyenangkan.

Penjual gulali sedang asyik berkreasi membuat permen Gulali (dok: mesinarummanis.id)

Catatan:

Untuk yang penasaran tentang apa itu permen gulali dan bagaimana cara membuatnya (disamping melihat-lihat melalui foto jenis-jenis permen gulali masa kini yang tampak sudah sangat beraneka warna, tidak hanya berwarna merah saja. Berikut saya sertakan resepnya yang saya peroleh dari berbagai sumber:

Siapkan 100 gram gula pasir, 10 mililiter air, pewarna makanan sesuai selera. Tuangkan semua bahan dalam panci kecil, campur dan masak dalam api sedang hingga meleleh dan menyatu. Angkat dari kompor dan tunggu hingga agak dingin. Ambil adonan secukupnya dengan lidi atau tusuk sate, bentuk sesuai selera ataupun hanya digulung-gulung saja. Biarkan menjadi dingin/beku. Permen Gulalipun siap dihidangkan. Silakan mencoba 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline