Lihat ke Halaman Asli

Bugi Kabul Sumirat

TERVERIFIKASI

author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

Mas Nurulloh Merasa 'Dibohongi' pada Even Kompas Kampus Makassar

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14284647361608370259

[caption id="attachment_359730" align="aligncenter" width="560" caption="Profil mas Nurulloh"][/caption]

Mas Nurulloh, content and community editor Kompasiana, di hadapan ratusan peserta Blogshop Kompasiana pada even Kompas Kampus yang bertempat di Baruga Andi Pangerang Pettarani, Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Selasa 7 April 2015, mengutarakan sedikit rasa kecewanya bahwa ia telah 'dibohongi' oleh seseorang (walau bukan dalam pengertian bohong sebenarnya).

Rupanya Mas Nurulloh sempat berbincang-bincang dengan seseorang dari Unhas saat sebelum acara Kompas Kampus tersebut. Orang ini menyampaikan kepada mas Nurulloh bahwa hampir disetiap fakultas sudah banyak mahasiswa yang menjadi kompasianer [sebutan untuk seseorang yang memiliki akun di Kompasiana - dan (harusnya) rajin mengupdatenya, yang terakhir ini tambahan dari saya]. Hanya saja, ketika sudah di atas panggung, mas Nurulloh menanyakan kepada seluruh audiens yang hadir, agar mengangkat tangannya bagi mereka, mahasiswa Unhas, yang telah menjadi seorang kompasianer. Ternyata hanya beberapa orang yang mengangkat tangan. Demikian pula ketika mas Nurulloh menanyaikan lagi berapa banyak dari mereka yang hadir, bukan mahasiswa Unhas, yang telah menjadi seorang kompasianer. Lagi-lagi hanya beberapa orang yang mengangkat tangan (saat itu saya termasuk yang mengangkat tangan). Mas Nurulloh terlihat kecewa dengan situasi tersebut. Karena ia mengharapkan bahwa, berdasarkan informasi yang ia terima sebelumnya itu, tentu saat pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya tersebut akan banyak yang merespon dengan mengangkat tangannya, kompasianer-kompasianer Makassar. Sehingga kemudian ia berujar bahwa melihat sedikit yang mengangkat tangan sebagai respon atas pertanyaan-pertanyaannya tadi, mas Nurulloh merasa bahwa informasi yang ia terima sebelumnya itu tidak akurat, karena sedikit yang mengangkat tangan.

Tapi mas Nurulloh tidak perlu kecewa berkepanjangan, karena seluruh hadirin terlihat begitu bersemangat dan antusias mengikuti presentasi mas Nurulloh yang terkait dengan crowd sourcing dan citizen news. Apalagi mas Nurulloh menyampaikan secara rinci per definisi serta tren tentang kedua pengertian-pengertian tersebut. Variasi presentasinya yang memadukan antara slide presentation dan video presentation makin memikat hadirin yang memadati gedung pertemuan tersebut. Terlebih, untuk saya khususnya, penyajian video tentang sejarah singkat citizen journalism sangatlah mencerahkan.

Beberapa pemaparan mas Nurulloh juga sangat update, seperti misalnya tentang crowdsourcing serta dimana posisi citizen journalist (termasuk blogger/kompasianer didalamnya) dan journalism itu sendiri.

Crowdsourcing diartikan oleh mas Nurulloh sebagai 'is how the power of the many can be leveraged to accomplish feats that were once the responsibility of a specialized few [disarikan dari Jeff Howe, author of 'crowdsourcing'].

Sementara citizen news [crowd citizen] biasanya berisi postingan tentang apa yang terjadi di sekitarnya, pengalaman terhadap penggunaan produk maupun jasa serta opini, reaksi dan pandangan-pandangan (sama maupun berbeda) suatu berita maupun isu.

Saya rasa blogshop yang dibawakan mas Nurulloh ini sudah cukup baik, bagi pemula maupun bagi mereka yang ingin menjadi kompasianer. Hanya saja, bagi mereka yang telah lama berkecimpung sebagai kompasianer, sepertinya masih terasa kurang menggigit - itu pengamatan saya, apalagi bila dikaitkan dengan judul blogshop yang saya terima melalui email setelah dikonfirmasi kehadiran oleh pihak Kompasiana, yaitu 'Kiat Cepat Menulis Blog' sementara pemaparan mas Nurulloh lebih banyak kepada dimana posisi blogger/kompasianer sebagai bagian dari media warga, sejarah singkat, perbedaannya dengan media mainstream, apa itu Kompasiana dan beberapa milestonenya maupun achievement Kompasiana selama ini. Pemaparan ini, menurut saya lebih menekankan kepada mengajak mereka yang belum menjadi kompasianer untuk menjadi seorang kompasianer. Sementara 'kiat cepat menulis blog' itu sama sekali tidak disinggung dalam materi yang dipaparkan mas Nurulloh ini.

Hal lainnya yang menjadi perhatian saya adalah, bila dalam proses pendaftaran kompasianer untuk turut serta dalam ajang blogshop kompasiana di ajang Kompas Kampus Makassar sepertinya ada batasan kuota - dengan proses yang selektif, karena kompasianer-kompasianer yang ingin hadir dalam acara tersebut harus mengirimkan email permohonan keikutsertaannya dulu kepada admin Kompasiana. Setelah mendapat email konfirmasi dari admin, baru nama kompasianer tersebut masuk dalam daftar mereka yang akan hadir. Tapi dalam praktiknya tidaklah demikian.

Ketika saya datang ke lokasi sesuai yang dipersyaratkan, sekitar 30 menit sebelum acara dimulai, nampak barisan panjang mereka yang akan mengikuti ajang Kompas Kampus. Saya mencoba mencari booth Kompasiana, tetapi tidak ada, hanya standing banner Kompasiana yang nampak. Kemudian saya datangi booth Kompas.com yang cukup ramai pengunjungnya karena menyediakan fasilitas selfie berhadiah. Saya tanya dimana booth Kompasiana, merekapun bingung apalagi setelah saya tanya dimana saya harus registrasi ulang (seperti yang disyaratkan pula dalam pemberitahuan melalui email), petugas penjaga booth semakin bingung. Setelah menelpon seseorang, iapun menyampaikan bahwa tidak ada booth khusus Kompasiana dan kompasianer yang ingin ikut blogshop harus antri seperti mereka yang mengikuti ajang Kompas kampus, tidak perlu ada registrasi ulang.

Oo, rupanya tidak konsisten antara info yang disampaikan di Kompasiana, email yang saya terima dan praktik yang ada di lokasi. Malah karena kebingungan ini, setelah sampai di ruang acara - yang saya hanya distempel di bagian tangan itu, saya baru tahu bahwa semua peserta diwajibkan mendaftar terlebih dahulu dan tiket yang didapat dapat digunakan sebagai penukar doorprize Iphone 6 - dan saya tidak memiliki tiket itu karena ketidak jelasan informasi. Saya hanya berbekal email dari admin Kompasiana.

Mudah-mudahan kedepan akan lebih baik terutama dalam segi kesesuaian apa yang direncanakan, diinformasikan dan yang dipraktikan.

Namun, secara keseluruhan, saya menilai bahwa pelaksanaan kegiatan ini baik, banyak informasi-informasi baru yang saya dapatkan dan berharap semoga ajang seperti Kompas Kampus ini dapat berpotensi menambah jumlah kompasianer di Makassar, berikut postingan-postingannya. Sehingga mas Nurulloh akan tidak merasa 'dibohongi' (dalam pengertian kok yang disampaikan seperti tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan).

Salam Kompasiana,

@Kangbugi

Sumber foto: dokumentasi pribadi

[caption id="attachment_359731" align="alignnone" width="300" caption="Mas Nurulloh sedang memaparkan materi"]

14284649401989940305

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline