Lihat ke Halaman Asli

Bugi Kabul Sumirat

TERVERIFIKASI

author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

Reuni Kaca Spion

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melalui facebook (fb), banyak dimuat aktivitas rekan-rekan yang sedang getol-getolnya bereuni. Ada yang reuni kawan-kawan di SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Rame deh. Mulai dari persiapan, hingga pelaksanaan. Semarak saling sahut menyahut untuk mengingatkan datang ke acara reuni. Selepas itu, seperti biasa, foto-foto reuni yang santun sampai dengan yang sangat-sangat narsis (kriterianya seperti apa yang narsis, saya sendiri belum bisa definisikan dengan tepat, tapi pokoknya yang begitulah), rame juga bermunculan. Saya termasuk yang ketinggalan, banyak melewatkan beragam reuni karena saya tidak dapat menghadirinya. Tapi cukup dengan hanya mengikutinya dari kejauhan.

Dari foto-foto terlihat hangatnya reuni tersebut, canda tawa sepertinya menjadi inti dari pelaksanaan reuni.

"Ga seru kalau reuni ga ada karaokenya", itu kata salah seorang teman dalam usulannya menjelang reuni.

Ada karaoke, beragam permainan (game) untuk keluarga, makan-makan dan foto bersama, sepertinya sudah menjadi satu paket pelaksanaan acara reuni. Di salah satu acara reuni saya perhatikan ada juga acara memberikan tanda asih pada guru-guru yang dulu pernah berkontribusi dalam proses belajar mengajar.  Asyik kan.

Habis reuni, agenda selanjutnya, biasanya adalah merencanakan kapan akan diadakan reuni selanjutnya, tentukan waktu dan siapa yang bertugas mendapat giliran mengkoordinirnya. Kadang-kadang, arisan dibentuk pula sebagai salah satu pelengkap hasil dari reuni tersebut.

Saya termasuk yang menyesal tidak dapat datang ke acara reuni yang sebetulnya sangat ingin saya hadiri. Saya juga termasuk yang mendambakan bahwa acara reuni akan berbuah lebih manis lagi. Yang saya maksudkan dengan berbuah lebih manis lagi disini adalah apa setelah reuni, what nextnya.

Reuni, menurut saya,  perlu diberi nuansa yang menggabungkan antara aktivitas masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Aktivitas masa lalu, bisa dengan mengingat kenang-kenangan yang lucu, yang manis, yang terjadi pada masa lalu, baik itu pada saat sekolah maupun pada saat kuliah dulu. Mungkin yang perlu dikenang adalah kenang2an yang baik saja, yang tidak baik cukup dikubur dalam-dalam, dan ini yang biasanya muncul dalam acara reuni, cerita-cerita nostalgia masa lalu.

Mengenai pengertian aktivitas masa sekarang, itulah pelaksanaan reuni, pertemuan kangen-kangenan, yang merupakan sarana penghubung masa lalu dan masa depan.

Sementara pengertian aktivitas masa depan, reuni perlu dipadukan antara unsur nostalgia (yang merupakan bagian dari unsur sosial) dan unsur ekonomi. Unsur ekonomi?

Ya, unsur ekonomi. Berandai-andai kalau setiap reuni yang diadakan oleh alumnus setiap sekolah, sekolah mana saja, setelah belasan tahun tidak bertemu, setelah puluhan tahun tidak ketemu, tentu ada potensi-potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan dari alumni-alumni berdasarkan kapasitasnya. Kalau potensi-potensi ekonomi itu dikoordinir dengan baik dan rapi antara unsur sosial tersebut dengan ekonomi, bisa mewujud kepada penguatan kondisi ekonomi lembaganya (institusi) dan faktor manusia di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline