Lihat ke Halaman Asli

Bugi Kabul Sumirat

TERVERIFIKASI

author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

Pengalaman Mengurus SIM di Jakarta - Hari Bhayangkara

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini topik mengenai polisi dan Kepolisian RI banyak memenuhi media massa. Mulai dari polisi dengan ‘celengan babinya' di Majalah Tempo, postingan beberapa Kompasianers di Kompasiana dan Kompas hari ini yang memuat sekurangnya 4 (empat) artikel mengenai POLRI, yang bertepatan dengan Hari Bhayangkara (1 Juli 2010) plus satu sentilan Mang Usil di Pojok Kompas.

Pokoknya mengenai POLRI deh, termasuk postingan ini. Cuma kali ini terkait dengan pengalaman kolega saya yang kemarin (30 Juni 2010) mengurus perpanjangan SIM A (mobil) nya di Jakarta.

Tadi pagi, ketika kolega saya ini saya telepon, sebut saja namanya Resye, Resye dengan semangat, menceritakan betapa jengkelnya kemarin ketika mencoba untuk mengurus perpanjangan SIMnya tersebut.

"Bagus deh kamu telepon nih, saya mau ngeluarin unek-unek saya, kejengkelan saya ketika kemarin mengurus SIM, jengkel bin kesel deh."

"lho ... memangnya kenapa?" jawab saya sambil penasaran juga untuk mendengar cerita lanjutan kejengkelannya itu.

"Kan gini....." (mulailah ia bercerita secara panjang kali lebar kali tinggi, lengkaplah pokoknya)

Rupanya, kemarin Resye ditemani adiknya mencoba mengurus perpanjangan SIM A-nya yang sudah habis masa berlakunya.

Adiknya sudah mengingatkan Resye, bahwa mungkin ada ‘perubahan' nih di situ karena POLRI baru saja mengumumkan perubahan kenaikan tarif, termasuk untuk pengurusan SIM, seperti dilansir di sini.

Ternyata benar, perubahan itu sudah tampak dari mulai pintu masuk. Pada awalnya, adik Resye, yang seorang laki-laki itu tidak diperkenankan masuk (mungkin dikhawatirkan sebagai calo? - walaupun hal ini seperti mengada-ada), tapi setelah ditunjukkan KTP (untung alamat di KTP sama), akhirnya diizinkan masuk.

Setelah berada didalam kompleks pengurusan, adik Resye mencoba untuk menghubungi kenalannya yang seorang anggota POLRI di situ. Jawabannya adalah,"Wah ... mas... maaf... sekarang lagi tidak bisa ‘bantu', lagi ‘steril' soalnya, maaf ya." Klek, lalu telepon pun terputus.

Adik Resye pun segera berkomentar,"wah... bakalan nightmare (mimpi buruk) nih sepertinya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline