Benda luar angkasa dalam perspektif al-Quran meliputi tiga hal1: matahari2, bulan3, dan bin-tang. Al-Quran mengulang tiga istilah tersebut dengan berbagai redaksi dan istilah yang berbeda sebanyak 84 kali. Dalam kajian astronomi semua benda ruang angkasa termasuk bumi berputar mengelilingi matahari. Matahari merupakan pusat benda langit yang memancarkan sinar sendiri. Sedangkan, bulan memantulkan cahaya karena menerima sinar matahari, sementara bintang adalah benda langit yang memiliki cahaya sendiri.
Bagaimana dengan perspektif al-Quran? Apakah menurut al-Quran juga demikian?. Persoalan benda-benda langit dan peredarannya, merupakan persoalan yang menarik. Dikatakan demikian, karena persoalan tersebut merupakan salah satu pondasi untuk memahami per-soalan hisab rukyat secara sahih. Peredaran matahari berkaitan langsung dengan penentuan arah kiblat dan penentuan ibadah salat. Perdebatan mengenai waktu subuh yang belum tuntas pada hakekatnya merupakan perdebatan mengenai pergerakan matahari. Perdebatan seputar penentu-an awal bulan hijriah, perbedaan dalam mengawali puasa, perbedaan penentuan idul fitri dan idul adha, merupakan implikasi dari pemahaman terhadap teks syar'i.
Oleh karena itu, pemahaman yang komprehensif terhadap ayatayat yang berkaitan dengan peredaran matahari, bulan, dan bintang sangat diperlukan. Matahari dan bulan merupa-kan obyek dalam perhitungan ka-lender masehi (solar) dan kalender hijriah (luni), sementara benda-benda langit yang berkaitan dengan bintang, berpotensi mengganggu dalam pelaksanaan rukyat. Artikel ini akan mengkaji ayat-ayat yang berkaitan dengan peredaran benda-benda langit secara tematik. Karena itu, hal penting dalam makalah ini adalah pembatasan dan pemaknaan isti-lah benda langit yang terdapat dalam al-Quran dilihat dari perspektif al-Quran, dan perspektif kebahasaan. Selanjutnya, akan di-paparkan bendabenda langit yang terdapat dalam al-Quran dilihat dari perspektif al-Quran, terutama yang berkaitan dengan ciri dan karakteristiknya. Setelah mengetahui karakteristiknya akan dideskripsikan, peredaran benda-benda langit dilihat dari perspektif al-Quran, perspektif mufassir, dan perspektif astronom.
- Matahari
Al-Quran menyebut istilah matahari dengan kata dan . Quran mengulang kata matahari sebanyak 32 kali, dan menggunakan kata matahari siraj sebanyak empat kali, yakni dalam QS. al-Furqan [25]: 61, al-Ahzab (33):46, Nh [71]:16, al-Naba [78]: 13. Matahari disebut secara bersamaan dengan kata qamar dan nujum sebanyak satu kali yakni dalam QS. al-Hajj [22]: 18 sebagai berikut:
..........
Artinya: Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gu-nung, pohon- pohonan, bina-tang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia.....
Ayat taatan ini menggambarkan keciptaan Allah kepada penciptanya. Jadi kata matahari kata qamar dan nujum disebutkan secara bersamaan untuk menunjukkan ketaatan ciptaan-Nya. Dalam konteks ini Allah menggambarkan benda-benda ciptaan-Nya sebagai makhluk yang tak pernah durhaka kepadanya, dan semuanya tunduk kepada perintah-Nya kecuali manusia. Ayat ini memberikan indikasi bahwa matahari qamar dan nujum akan selalu berjalan sesuai dengan perintah Allah. Sebagaimana dikatakan di atas, makh- luk ciptaan Allah senantiasa mentaati Allah, maksudnya ketundukan mata- hari, bulan, dan bintang dalam bentuk selalu mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan Allah untuknya.
Matahari secara bersamaan dengan kata qamar dan kaukab disebut-kan dalam al-Quran sebanyak 1 kali, yakni dalam QS. Yusuf [12]: 4. Dalam QS. Yusuf (12): 4 mata- hari qamar dan kaukab dideskripsikan sebagai berikut:
Artinya: Ingatlah ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku ber-mimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayat ini menggambarkan keha- diran matahari, bulan, dan bintang dalam mimpi Yusuf dan ketundukan nya kepada Yusuf. Karena itu, ayat ini lebih bero-rientasi pada persoalan Yusuf, bukan persoalan astronomi. Penggunaan kata bintang, bulan, dan matahari dalam ayat ini hanya sebagai obyek mimpi Yusuf saja, bukan bintang, bulan, dan matahari yang hakiki.
Matahari disebut secara bersamaan dengan kata qamar sebanyak 17 kali. Penyebutan matahari bersamaan dengan kata qamar sebanyak 17 kali di temui dalam QS. al-An'am [6]: 96, QS. al-A'raf [7]: 54, QS. Ynus [10]: 5, QS. al-Ra'd [13]: 2, QS. Ibrhm [14]: 33, QS. al-Nahl [16]:12, QS. al-Anbiya' [21]: 33, QS. al- 'Ankabt [29]: 61, QS. Luqman [31]: 29, QS. Fir (35): 13, QS. Ysn (36): 39-40, QS. al-Zumar (39): 5, QS. Fussilat [41]: 37, QS. al-Rahman [55]: 5, QS. Nh [71]: 16, dan QS. al-Qiymah (75): 9.