Lihat ke Halaman Asli

Ini Bukan Luka, ini Bukan Dendam

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuwiridkan niat, diujung jari dan lidah batin

Kesadaran mengalun bergulung-gulung bak gelombang

Turus-turus jiwa berderet-deret rapi bersahaja dipinggiran savana sukmaku

Jejak tapak rasa hati terlukis acak tak menentu

Dipinggir belik bawah pohon beringin kurendam telapak kaki, agar segala memarnya layu

Tidak sembuh memang,karena memang aku tak ingin segala memar ini secepatnya sembuh

Karena hanya nyerinya inilah yang masih mampu memompa darah semagatku

Kalau mata ini nanar, bukan karena dendam

Kalau kulit ini merah menghitam, ini juga bukan dendam

Kalau bibir ini kering lengket terkatup, ini juga bukan dendam

Trorehan di kulityang merah beraroma anyir, yang mengangga ini bukan luka

Kalaupun gigi berderit beradu bukan menyeringai menahan sakit

Karena memang tak pernah boleh ada luka

Karena memang tak pernah boleh ada sakit

Memang senyum ini belum sempurna

Memang dendang ini mirip rintihan, tapi ini ada laguku

Percayalah aku tetap akan tersenyum berdendang

Kalaupun parau menyayat itu hanya syairnya saja.

Teruslah bertepuk tangan dipinggir pentas

Aku tunggu tepuk tangan dan gelak tawamu,

Madiun 0:01 - 27/04/2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline