Lihat ke Halaman Asli

Relegiusitas – Spiritualitas yang Egaliter

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Relegiusitas - spiritualitas, sebuah kawasan pengertian yang peka, soft, berliku dan penuh jebakan. Lorongnya begitu panjang, gelap dan potensial disorientasi bagi yang tak solid. Lembaga-lembaga yang mengelolanya mengklaim sebagai pemegang kekuasaan tunggal. Sehingga, Relegiusitas – spiritualitas personal harus mendapatkan konvermasi / legalisasi resmi dari lembaga pengelola Relegiusitas – spiritualitas. Tanpa konfermasi - legalisasi resmi, itu berarti ilegal.

Lembaga – lembaga menjajakan mekanisasi Relegiusitas – spiritualitas yang seolah sempurna, megah, mewah, herioik, penuh daya pesona, padahal kosong. Seolah kejernihan cahaya pencerahan Relegiusitas – spiritualitas  yang tumbuh secara organik, masih membutuhkan campur tangan manusia. Mekanisme Relegiusitas – spiritualitas disusun sedemikian detail dan mendekte, hirartki struktural disusun secara ketat. Tidak ada berelegius - spiritual yang egaliter.

Jebakan dan godaan di kawasan Relegiusitas – spiritualitas. Ada keinginan menjadi sempurna, didengar, dituruti, diikuti, disanjung, dipuja, dilihat dan lain sebagainya. Jebakannya kadang sangat sentimentil, romantis bahkan kadang herois. Strata Relegiusitas- Spiritualitas (RS) distandarisasi menurut kebodohan nalar ke-Tuhan-an manusia. Strata RS dalam standar  lengkap dengan assesoris lahiriah yang melambungkan keangkuhan indisidu dan kelompok penelola RS. Tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh pengelola institusi RS, berarti menjadi individu yang tidak ber-Relegi dan atau tidak spiritualis.

Intinya, bagaimana bisa? Manusia sebagai mahkluk yang diciptakan sempurna oleh Sang Maha, bisa merendahkan kesempurnaan manusia lain. Setiap titik debu memiliki tugas hidup dari Sang Illahi yang sangat spesifik.

DIA tak tambah mulia ketika seorang manusia mepujaNYA, Dia juga tak tambah hina ketika seorang menghinanya.

Kembali pada urat alur hidup. Baiklah selamat menjalankan tugas masing-masing.  DIA tak memerlukan balatentara anda untukmenyokong kemewahan TahtaNYA - Sang Illahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline