Lihat ke Halaman Asli

Dunia (antara Nyata dan Imajiner)

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dunia Maya - Kalimat ini sering kali kita dengar dan kita baca dimana saja, dan menjadi ajang kumpulnya para manusia, sebagaimana asal kata dunia. Kata Nokia - Connecting People. Ya, dunia maya bisa membuat orang berkomunikasi setiap hari, setiap menit, setiap detik, meskipun orang tersebut nun jauh di dunia nyata bagian lain. Beberapa waktu lalu, memang ada telepon dan faksimili yang menghubungkan orang-orang tersebut. Tapi kita masih merasakan jaraknya. Kini, kita bisa melihat orang tersebut melakukan aktifitas apa saja, dan itu real time.

Dunia maya bisa melakukan apa saja? Bisa jadi, kemungkinan itu selalu ada. Mungkin tidak terpikir oleh kita dulu bahwa e-mail bisa menggantikan kantor pos untuk kegiatan surat-menyurat. Kantor Pos Pasar Baru - Jakarta, dulu sangat sibuk menyortir surat-surat yang masuk untuk dikirimkan ke daerah yang dituju. Sekarang? Teman saya malah sempet bertanya saat saya bilang surat tercatat, "Memang surat tercatat masih ada?" Bayangkan, seorang sekretaris yang sehari-hari berkutat dengan administrasi dan surat-menyurat menanyakan hal tersebut. Atau percakapan saya yang lain  lewat situs dunia maya juga mungkin menggugah pikiran kita tentang kecanggihan teknologi.

Sakti: Hai, pak kayaknya on line terus

Saya: Iya, gua kan 24 jam, buka klinik

Sakti: Klinik apaan pak?

Saya: Klinik aborsi dunia maya

Sakti: LOL, hahah ada-ada aja lo...

Saya: Iya, satu-satunya di dunia, painless lagi...

Saat ini hal tersebut memang imajiner, tapi bukan tidak mungkin hal tersebut dapat menjadi kenyataan di tahun-tahun mendatang. Mama Laurent, Ki Joko Pinter atau Bodo pun tak mampu meramalkannya. Siapa yang bisa menyangka bahwa hampir semua orang saat ini bisa berkomunikasi dimana saja, kapan saja (maaf, pinjem tagline-nya Coca Cola), mengingat dua dasawarsa yang lalu, untuk memasang jaringan telepon di rumah saja susahnya minta ampun. Tapi, telepon rumah sekarang lebih banyak menganggur alias jarang dipakai kalau tidak sangat-sangat perlu. Orang lebih suka menelpon dan ditelepon ke dan dari telepon genggamnya, selain lebih personal, juga malah kadang lebih murah (kalau providernya sejenis) dan banyak fitur-fitur yang lebih memudahkan seperti SMS, dan video call (walaupun menurut saya  sedikit merepotkan karena harus memasang handsfree atau bluetooth) yang tidak terdapat di telepon rumah. Atau, pemakaian handphone jenis blackberry yang tidak hanya dapat menerima atau memanggil, tetapi juga dapat menerima e-mail secara real time, facebook-an, twitter-an, atau nanti malah memuat tulisan di kompasiana.

Dunia memang dinamis, selalu berubah, membuat batas nyata dan imajiner semakin tipis bedanya. Selama itu positif, sah-sah saja. Yang berbahaya justru bila kecanggihan itu dimanfaatkan untuk hal-hal negatif. Bukan tidak mungkin peredaran Narkoba pun nanti bisa lewat jaringan internet (buat penegak hukum, waspadalah!), membuat orang bisa masuk ke dunia lain, dunia imajiner, siapa yang tahu....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline