Pesantren telah ada ikut dalam dinamika Indonesia sejak sebelum bangsa ini merdeka. Sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren telah memberikan banyak sumbangsih terhadap bangsa Indonesia baik sebagai lembaga keagamaan, lembaga pendidikan maupun lembaga sosial kemsayarakatan.
Peran strategis Pesantren juga ditunjukkan dalam perjuangan bangsa, dengan banyaknya pahlawan yang berasal dari kalangan pesantren dan turut serta dalam kontribusi kemajuan Indonesia.
Kecintaan terhadap tanah air telah membuat para laskar ulama dan santri menorehkan sejarah. KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy'ari, dan KH Wahid Hasyim adalah beberapa contoh ulama yang menorehkan sejarah gemilang dalam perjuangan bangsa dan dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional.
Terakhir, Kiai Syam'un, pendiri perguruan tinggi Islam Al-Khairiyah, Citangkil Banten juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada peringatan Hari Pahlawan pada tanggal 10 November 2018.
Sebagai pengakuan negara terhadap peran serta dan kontribusi pesantren dan santri, setiap tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai hari santri.
Pesantren telah berkontribusi untuk kemajuan bangsa bukan hanya untuk pendidikan agama, namun juga memperbaiki etika dan moral dalam politik, ekonomi, budaya dan lainnya agar Indonesia menjadi negara yang agamis tanpa kehilangan identitas sebagai bangsa yang majemuk.
Kedekatan Pesantren dengan masyarakat Indonesia terbukti dengan semakin berkembangnya jumlah pesantren dan santri di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Agama (diakses pada tanggal 12 November 2018), saat ini terdapat 25.938 pondok pesantren dengan total 3.962.700 santri.
Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan dua puluh tahun yang lalu dengan jumlah pesantren sebanyak 9.388 dan santri sebanyak 1.770.768 orang. Agar anak lebih terarah, mengurangi kegiatan yang sia-sia, tidak tergantung pada HP, belajar agama yang lebih baik dan alasan lain menjadikan pesantren menjadi salah satu tempat pendidikan yang diminati masyarakat.
Meskipun jumlah pesantren dan santri berkembang cukup pesat, kualitas tenaga pengajar masih tertinggal apabila dilihat dari jenjang pendidikannya.
Mayoritas tenaga pengajar di pesantren masih banyak yang baru menempuh S1 dan bahkan belum sarjana.