Dalam beberapa tahun terakhir, pengaruh politik identitas terhadap pembentukan kebijakan publik semakin terlihat jelas di seluruh dunia.
Politik identitas, yang didefinisikan sebagai mobilisasi politik kelompok-kelompok tertentu berdasarkan identitas, seperti kelompok yang ditentukan berdasarkan ras, etnis, gender, agama, atau orientasi seksual, memainkan peran penting dalam mempengaruhi agenda kebijakan dan proses pengambilan keputusan di berbagai negara.
Melalui analisis komparatif di berbagai negara, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran beragam politik identitas dalam membentuk kebijakan publik.
Salah satu aspek penting dari politik identitas adalah kemampuannya untuk menyoroti dan mengatasi kebutuhan dan keprihatinan kelompok-kelompok yang terpinggirkan atau kurang terwakili dalam masyarakat.
Misalnya, di negara-negara seperti Amerika Serikat, gerakan-gerakan yang mengadvokasi hak-hak ras minoritas, perempuan, dan komunitas LGBTQ+ telah berhasil mempengaruhi agenda kebijakan, sehingga menghasilkan perubahan legislatif yang bertujuan untuk mendorong kesetaraan dan keadilan sosial.
Kebijakan seperti tindakan afirmatif, legalisasi pernikahan sesama jenis, dan inisiatif kesetaraan gender dapat dikaitkan dengan mobilisasi gerakan politik berbasis identitas.
Demikian pula di negara-negara dengan populasi etnis atau agama yang beragam, politik identitas seringkali bersinggungan dengan isu pelestarian budaya dan hak-hak minoritas.
Misalnya, di India, politik kasta dan agama telah lama mempengaruhi kebijakan pemerintah, dengan program tindakan afirmatif yang bertujuan untuk mengangkat kelompok yang secara historis kurang beruntung seperti Dalit dan agama minoritas.
Pengakuan atas bahasa daerah dan warisan budaya juga mencerminkan pengaruh politik identitas dalam membentuk kebijakan publik di negara-negara seperti India.
Selain itu, politik identitas juga dapat memicu agenda nasionalis atau etnosentris, yang mengarah pada pengutamaan kelompok identitas tertentu dibandingkan kelompok identitas lainnya.