Lihat ke Halaman Asli

Budiman

Penulis

Cerpen | Petualangan Ramadhan: Merangkul Awal Bulan Suci

Diperbarui: 10 Februari 2024   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Anak Sedang Duduk dan Merenung (Sumber: Pixabay.com/Victoria)

Amir adalah seorang anak muda yang hidup di sebuah kota yang ramai dan dinamis. Menjelang Ramadhan, Amir memiliki antisipasi yang berbeda dari biasanya. 

Ia berkomitmen untuk memaksimalkan bulan Ramadhan tahun ini dan memulai petualangan Ramadhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Amir bangun sebelum fajar dengan gembira saat hari pertama Ramadhan tiba. Dia masuk ke dapur secara diam-diam, berhati-hati untuk tidak membangunkan keluarganya, dan menyiapkan hidangan Sahur yang sederhana tetapi lezat. Dia merasakan semangat dan energi dalam setiap gigitannya, siap untuk menghadapi hari yang akan datang.

Setelah salat Subuh, Amir memutuskan untuk memulai perjalanan Ramadhannya dengan mengunjungi masjid-masjid di sekitar rumahnya. Saat dia berjalan melewati jalan-jalan yang sepi, angin pagi membelai wajahnya, membawa aroma bunga-bunga yang tumbuh. Di aulanya, dia disambut dengan suara bacaan Alquran yang menenangkan ketika dia tiba di masjid.

Amir menemukan suasana tenang di dalam, dengan rekan-rekannya yang khusyuk berdoa di sekitarnya. Dia bergabung dengan mereka untuk mengucapkan terima kasih kepada Allah dan meminta berkah-Nya untuk bulan berikutnya. 

Setelah salat, dia berbicara dengan Imam karena dia ingin tahu lebih banyak tentang pentingnya bulan Ramadhan dan cara terbaik untuk memanfaatkannya.

Dengan pengetahuan dan inspirasi baru, Amir pergi ke kota, bertekad untuk menyebarkan niat baik dan kebaikan ke mana pun dia pergi. Dia menghabiskan sore hari di panti asuhan lokal, di mana dia bermain game dan bercerita dengan anak-anak. Mereka mengingatkannya akan pentingnya kasih sayang dan empati selama Ramadhan dengan tawa dan senyuman mereka.

Menjelang akhir hari, saatnya berbuka puasa, yang merupakan momen penting saat matahari terbenam. Amir merasakan rasa syukur yang mendalam atas dukungan dan cinta keluarganya saat mereka berkumpul di meja makan. Saat berbuka puasa, mereka menikmati masakan buatan sendiri, berbagi cerita, dan tertawa bersama.

Petualangan Ramadhan Amir, bagaimanapun, belum selesai. Dia terus mencari pengalaman baru dan kesempatan untuk berkembang sepanjang bulan. 

Dia menjadi sukarelawan di dapur umum setempat, membantu orang miskin makan. Dia ikut salat Tarawih larut malam di masjid, menikmati keindahan ibadah berjamaah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline