Pada zaman dahulu kala, di padang savana yang luas di Afrika, hiduplah seekor singa yang luar biasa bernama Simba. Simba dikenal di seluruh negeri karena kekuatan, keberanian, dan kelicikannya. Namun di atas segalanya, dia terkenal karena nafsu makannya yang tak pernah terpuaskan.
Suatu sore yang terik, saat matahari terik tanpa henti, Simba berkeliaran di padang rumput untuk mencari mangsa. Perutnya keroncongan keras, mengingatkannya akan kebutuhan mendesak akan makanan. Namun, mangsanya tampak langka pada hari itu, dan Simba semakin frustrasi.
Berjam-jam berlalu, dan senja mulai menyelimuti sabana. Saat Simba mengira rasa laparnya akan mengalahkannya, dia melihat sekawanan rusa sedang merumput dengan damai di kejauhan. Matanya berbinar penuh antisipasi saat dia mendekat secara diam-diam, siap menerkam.
Namun sebelum Simba sempat bergerak, dia mendengar rintihan pelan dari semak-semak di dekatnya. Penasaran, dia dengan hati-hati mendekat dan menemukan seekor rusa muda terpisah dari kawanannya. Matanya membelalak ketakutan saat ia gemetar di hadapan singa perkasa.
Perut Simba keroncongan lebih keras dari sebelumnya, tapi saat dia menatap tatapan ketakutan rusa muda itu, ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya. Dia ingat saat dia masih kecil, rentan dan sendirian. Rasa belas kasihan melanda dirinya, bertentangan dengan naluri aslinya.
Untuk sesaat, Simba ragu-ragu, terpecah antara rasa lapar dan hati nuraninya. Namun kemudian, dengan berat hati, dia mengambil keputusan. Alih-alih melahap kijang tersebut, ia malah menawarkan perlindungan dan berjanji akan mengawalnya kembali ke kawanannya dengan selamat.
Kijang muda itu berkedip keheranan, hampir tidak berani memercayai keberuntungannya. Bersama-sama, Simba dan kijang melakukan perjalanan melintasi sabana, melewati bahaya di alam liar. Sepanjang perjalanan, mereka menghadapi predator ganas dan medan berbahaya, namun kekuatan dan kebijaksanaan Simba membantu mereka melewatinya.
Akhirnya, mereka sampai di kawanan rusa yang aman, dan hewan-hewan yang bersyukur menyambut mereka dengan tangan terbuka. Simba menyaksikan dengan bangga kijang muda itu bersatu kembali dengan keluarganya, mengetahui bahwa dia telah membuat pilihan yang tepat.
Saat dia berbalik untuk pergi, perasaan puas menyelimuti Simba, mengisi kekosongan di perutnya dengan sesuatu yang jauh lebih berharga---persahabatan dan kasih sayang.
Sejak hari itu, dia bersumpah untuk menggunakan kekuatannya bukan untuk mendominasi, tapi untuk melindungi dan memelihara makhluk di sabana.