Merealisasikan Pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat, membawa kita pada keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka diperlukan kompetensi khusus agar pendidikan betul-betul menjadi ruang berlatih, belajar, bermain dan meningkatkan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Spirit agent of change harus betul-betul tertanam kuat, mempribadi dan menjadi jati diri khas agar dapat mengubah paradigma status quo menjadi mindset kekinian dengan kelenturan dan elastisitas mumpuni agar adaptif dengan qodrat alam serta qodrat jaman.
Kebanggaan luar biasa yang tak terhingga yang dapat saya rasakan ketika mendapat kesempatan untuk menjadi bagian integral dalam peran implementasi merdeka belajar, karena bisa mengekspresikan serta mengeksplorasi berbagai harapan dan capaian belajar melalui aksi nyata terwujudnya pemikiran Ki Hajar Dewantara di ruang kelas maupun lingkungan sekolah.
Rasa bangga itulah yang menjadi spirit utama untuk memaksimalkan diri dalam melakukan perubahan sebagai bentuk pelayanan prima memuliakan anak atau berhamba pada anak agar mereka bisa dituntun dalam menebalkan garis potensi, bakat minat serta kemampuan qodratiah yang dikolaborasi secara konvergen dengan pemahaman iklim, siklus serta ekosistem pendidikan yang dibentuk dalam kelas maupun lingkungan belajarnya.
Terlebih berkenaan dengan pertumbuhan character building bangsa yang implisit dalam proses pembinaan Budi Pekerti yang harus terus kita pupuk untuk menyehatkan cipta, rasa dan karsanya mereka melalui olah pikir, olah rasa, olah karsa maupun olah raga yang nantinya akan bermuara pada bagaimana kombinasi softskill dan hardskill anak menyongsong tantangan jaman yang semakin mengglobal.
Adapun gagasan pembentukan yang dilakukan secara makro, saya berkolaborasi dengan Pimpinan serta Bidang Kesiswaan dengan melahirkan konsep "D'PELAJAR" yang pelaksanaannya setiap seminggu sekali pada hari Jumat. D'PELAJAR itu sendiri merupakan kata yang sangat familiar di telinga setiap orang dan menunjukkan pada identitas anak sebagai insan terpelajar. Adapun makna konsep tersebut memiliki arti tersendiri bagi saya dan lingkungan SMA Negeri 5 Kota Sukabumi, yakni merupakan akronim dari kegiatan "Dhuha, PEngajian LAnjut pembelaJARan".
Aktualisasinya adalah bahwa setiap hari Jumat pada tiap minggunya dari pukul 7.30 -08.00 WIB Guru serta Siswa wajib mengikuti kegiatan shalat dhuha bersama di lapangan sekolah dilanjutkan dengan pengajian berupa penyampaian materi keagamaan dengan tujuan untuk mempertebal keimanan serta ketakwaan terhadap Allah SWT atau Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana di amanatkan dalam Pancasila, Konstitusi maupun Tujuan Pendidikan Nasional. Setelah selesai Dhuha dan pengajian, siswa mempersiapkan diri untuk masuk kelas dan mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
Upaya pendekatan secara spiritual ini diharapkan mampu memberikan suplemen keyakinan diri bagi guru maupun siswa dalam menguatkan pendidikan budi pekerti, menjalin kedekatan serta ikatan emosional antara guru-siswa sehingga proses memanusiakan manusia menjadi kultur praktik baik dalam proses pembelajaran maupun iklim lembaga sekolah.
Dalam perjalanannya, untuk mewujudkan D'PELAJAR tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, beragam tantangan dan persoalan hadir menghiasi dinamika dengan keunikannya, apakah itu yang muncul dari rekan sejawat maupun dari siswa. Dalam penyelesaian persoalan dengan sejawat, maka ruang diskusi menjadi arena mengasyikkan untuk saling sharing pendapat menuju solusi tepat sampai ditetapkannya kesepakatan bersama. Dalam penyesaian persoalan dengan siswa, maka proses sosialisasi, penyatuan visi dan penyamaan persepsi serta pelaksanaan tuntunan secara berkelanjutan dalam membangun kesadaran bersama menjadi ruang ibadah tersendiri dalam menguji keuletan guru dalam menyemai benih benih nilai baik agar menjadi kebiasaan yang melekat dalam sikap maupun maindset siswa.
D'PELAJAR menjadi praktik baik dalam membelajarkan guru maupun siswa untuk meletakkan kompetensi religius sebagai landasan fundamental bagi pembentukan karater budi pekerti sehingga kondusifitas pembelajaran maupun lingkungan belajar menjadi alat ukur dan barometer kesuksesan sekolah maupun pendidik dalam menerapkan konsepsi "menuntun" siswa dalam menebalkan garis yang tertanam dalam dirinya masing-masing.
Dengan perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi yang matang ditambah dengan kesadaran serta keikhlasan diri untuk melaksanakan pendidikan yang "berpusat pada anak", maka program "D'PELAJAR" menjadi bagian dari "brand" sekolah menuju terlaksananya merdeka belajar dalam landscape "Profil Pelajar Pancasila".