Lihat ke Halaman Asli

Coret-coretan yang Memperburuk Citra Yogyakarta

Diperbarui: 14 Desember 2018   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bambang Soepijanto, calon DPD RI Dapil DIY. (Foto: dokpri)

Bambang Soepijanto, ketua APKINDO (Asosiasi Panel Kayu Indonesia) yang juga calon DPD RI Dapil DIY berpendapat bahwa tindakan pelajar yang suka membuat coret-coretan di berbagai tempat umum memperburuk citra Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata. 

Menurutnya, coret-coretan yang biasanya bertuliskan nama geng sekolah itu menutupi keindahan yang seharusnya ditampilkan pada para wisatawan.

Yogyakarta memang identik sebagai kota pelajar. Sayangnya, banyaknya jumlah pelajar di Yogyakarta harus dibarengi dengan banyaknya tindakan kenakalan pelajar juga.

Salah satu contohnya adalah klithih, tindakan mencari mangsa untuk dipukul atau dibacok pada malam hari menggunakan sepeda motor. Aksi klithih tersebut sudah sering meresahkan warga Yogya, apalagi terkadang pelaku klithih tidak pandang bulu dalam memilih mangsa.

Coret-coretan, atau yang kerap disebut vandal juga membuat warga Yogyakarta resah. Vandal sendiri berasal dari kata vandalisme. Menurut KBBI, vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya) atau bisa juga berarti perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Di Yogya sendiri, vandal lebih identik dengan tindakan mencoret-coret tembok atau bahkan di rolling door toko.

Aparat kepolisian sudah sering melakukan patroli di malam hari untuk menangkap pelaku vandal saat sedang beraksi. Alasan mengapa tindakan vandal sangat sulit untuk dibasmi adalah karena mereka melakukan aksi vandal dengan berhati-hati dan memantau kondisi sekitar terlebih dahulu sehingga jarang ketahuan.

Selain itu, banyaknya jumlah anggota geng sekolah di seluruh Yogya juga membuat jumlah pelaku vandal sangat banyak sehingga hampir tidak mungkin untuk menangkap mereka semua.

Bambang Soepijanto berpendapat bahwa sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi tindakan kenakalan pelajar di Yogyakarta. Pencegahan bisa dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan moral kepada para pelajar di Yogyakarta sehingga mereka tidak akan terjerumus pada kenakalan pelajar. 

Selain  itu, pihak sekolah sebaiknya juga mendukung kegiatan ekstrakurikuler dan mengikutkan muridnya dalam perlombaan akademik maupun non-akademik sehingga para pelajar tidak akan punya waktu untuk terlibat dalam kegiatan geng sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline