Lihat ke Halaman Asli

Pegadaian untuk Sekolah

Diperbarui: 7 Oktober 2016   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Duduk di sendiri di depan pasar Pedan klaten menunggu janji teman akan menjemput, sambil kuhisap sebatang rokok filter kunikmati suasana keramaian pasar tradisional, penuh lalu lalang pedagang dan pembeli saling menawarkan dagangannya. Selang berapa saat datang seorang bapak dan ibu setengah tua umurnyanya kira2 65an tahun, mereka memarkir sepeda kayuhnya di sebelah ku..

" tak tunggu kene ya bu.." demikian so bapak berkata pada istrinya, pakaian mereka sangat sederhana.. sibapak memakai caping dan ibu memakai jarik dan kebaya lusuh, sungguh sangat sederhana.

" terus iki arep di gadaikan piro pak? Siji wae opo kabeh pak?"

" lha butuhe piro to bu ? Nek cukup siji yo siji wae, nek kurang yo kabeh"

"Nek siji koyone kurang pak, amergo kanggo golek sekolah nek swasta yo ora cukup sak yuto pak nek SMU ki.."

"Oh yo nek ngono kabeh to bu.. ora popo bu.. sik sabar.. wong yo kanggo anak dewe.. tur maneh mung kari iki to aik ragil sik butuh ragat.."

" iyo pak.. yo wis bapak tunggu kene yo aku tak neng toko kae.."

Hatiku cukup tergelitik mendengar percakapan mereka, ketika si ibu pergi pelan2 aku dekati si bapak

"Nyuwun sewu pak.. dalemipun pundi pak?

" oh kulo nggih namung pedan mrini nak..lha kisanak saking pundi?

Nami kulo Budi pak.. saking Kotagede Jogja.."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline