Lihat ke Halaman Asli

Budi Rachman

Penulis buku, praktisi olahraga, dan penikmat film.

Teori Konspirasi Sasar Komunitas Tertentu

Diperbarui: 29 April 2020   15:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.instagram.com/p/B_gYFC0nZs5/?utm_source=ig_web_copy_link

Penyebaran epidemi virus corona yang sedang berlangsung telah memicu epidemi virus ideologis yang selama ini tertidur di masyarakat kita, seperti: berita palsu, teori konspirasi, dan isu rasisme. 

Spekulasi tersebar bahwa coronavirus sengaja diciptakan oleh laboratorium Wuhan, China. Tujuannya untuk menunjukan bahwa mereka bisa memerangi dan mengontrol virus lebih besar dibandingkan Amerika Serikat.

Tentu virus ideologis ini mudah menyebar ke komunitas yang memiliki diskriminasi etnis anti-China, tetapi sulit menjakiti komunitas antisemitisme. Sebaliknya jika ada spekulasi yang berhubungan dengan orang-orang Yahudi, teori konspirasi yang menyasar Bill Gates dan Rockefeller Foundation, berita apapun tanpa klarifikasi ilmiah bisa langsung menjangkiti oleh komunitas antisemitisme, tetapi pemikirian ini akan sulit diterima oleh komunitas ilmiah.

Contoh yang menarik ditunjukan dalam novel terkenal Mario Vargas Llosa, Quin mat a Palomino Molero? (Siapa Pembunuh Palomino Molero?)pemenang nobel sastra tahun 2010. Cerita itu tentang duo detektif, Lituma dan Letnan Silva yang menginvestigasi pembunuhan brutal seorang pilot disertir, Palomino Molero. 

https://girlybooks.wordpress.com/2016/03/23/quien-mato-a-palomino-molero-de-mario-vargas-llosa/quien-mato-palomino-molero/

Hanya berlansung 19 hari nampaknya mereka bisa menyelesaikan kasus kejahatan, tetapi laporan mereka tidak meyakinkan penduduk setempat hanya karena dua detektif berasal dari status sosial yang berbeda. 

Kedua investigator dan korban berasal kelas bawah -- mereka adalah penduduk asli Amerika Latin/ "cholo", sedangkan para pelaku yang berasal dari kalangan militer dihuni oleh ras kulit putih atau keturunan orang Eropa. 

Penduduk setempat menolak investigasi yang berdasarkan pengamatan/ realitas empiris para investigator, mereka cenderung ingin mendengarkan kisah-kisah yang dekat dengan komunitas mereka, dimana para cholo memandang orang-orang kulit putih sebagai ras yang pintar, sehingga mereka mengembangkan kisah tentang konspirasi pangkalan Militer Peru dan Ekuador, spionase dan penyelundupan yang bernilai jutaan dollar.

Alhasil, ketika dua detektif melaporkan fakta yang berbeda dengan imajinasi komunitas cholo, keduanya dituduh menutupi skandal pembunuhan dalam laporan investigasinya.

Ini lah kenapa komunitas kita bisa saja membentuk ulang realitas kita secara kuat. Alih-alih untuk mencari informasi-informasi yang dilandasi dengan bukti-bukti empiris, kita cenderung memilih berita yang tidak terverifikasi/ bahkan hoaks -- karena kehadiran kita ingin dikonformasi oleh komunitas kita. 

Jika anda berasal dari komunitas tertentu dan melaporkan hasil yang berbeda dari pemikiran arus utama komunitas anda, siap-siap saja dicap liberal, komunis, dibayar oleh lembaga tertentu atau segala tetek bengek dakwaan yang absurd yang belum pernah anda dengar sebelumnya oleh komunitas/ keluarga anda sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline